:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1770804/original/031804500_1510732838-Illustrasi_Bulliying3.jpg)
Stedi Repki Watung (36), korban dugaan intimidasi atau persekusi saat car free day (CFD) di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta, mendatangi Polda Metro Jaya. Dia melaporkan tindakan tak menyenangkan yang dialaminya itu.
Stedi adalah satu dari beberapa pria berkaus #DiaSibukKerja yang tengah jalan sehat saat itu. Dia mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari massa berkaus #2019GantiPresiden. Dengan didampingi pengacaranya, Bambang Sri Pujo, Stedi membuat laporan di Gedung Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya.
"Bahwa peristiwa persekusi pada CFD hari Minggu, 29 April itu adalah hal yang sangat memalukan bangsa Indonesia di mata dunia," kata Bambang di Polda Metro, Senin (30/4/2018).
Dalam video berdurasi 1 menit 50 detik yang kini menjadi viral itu, dia sempat diledek oleh massa berkaus #2019GantiPresiden bahwa dia adalah massa bayaran. Selain Stedi, Bambang mengaku sebenarnya ada beberapa dari mereka yang juga mau membuat laporan, tetapi urung karena masih trauma.
"Sebenarnya ada empat lagi tapi masih trauma," kata Bambang.
Dalam membuat laporan, mereka membawa alat bukti berupa video yang viral di YouTube saat CFD. Laporan sendiri diterima dengan nomor LP/2363/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimum tanggal 30 April 2018.
"Terlapornya masih dalam penyelidikan. Tapi semua tahu kalau dalam acara itu banyak elite politik," Bambang memungkasi.
Tak hanya Stedi, seorang ibu rumah tangga yang menjadi korban dugaan intimidasi di Car Free Day (CFD) Jakarta, juga melapor ke Polda Metro Jaya. Perempuan bernama Susi Ferawati didampingi oleh Tim Cyber Indonesia Muannas Al-Aidid.
Susi menjelaskan, saat intimidasi terjadi, ia mengenakan kaus #DiaSibukKerja. Aktivitas itu dilakukan murni untuk mengikuti jalan sehat di CFD.
Kebetulan dia dan peserta lain memang simpatisan Joko Widodo. Dalam kejadian yang kini viral di YouTube, ia mengaku sengaja mengajak anaknya untuk dapat bermain di arena CFD tersebut.
"Memang kita ada koordinasi. Kita memang ada rencana kumpul, jalan santai yuk. Kayak gitu. Dari Monas, Patung Kuda, ke sana hanya muter saja pemberhentian di Thamrin," katanya di Polda Metro Jaya, Senin (30/4/2018).
Ia menambahkan laporan terkait intimidasi itu merupakan inisiatifnya sendiri. Dia tak mendapatkan dorongan dari pihak mana pun untuk membuat laporan, apalagi dari partai politik.
"Ini pribadi. Saya nggak ada ikut partai apa pun, saya independen, saya sendiri, saya ibu rumah tangga," pungkas Susi.
Dalam laporan yang tertuang di nomor TBL/2374/IV/2018/PMJ/Dit.Reskrimum, terlapor dalam lidik dan terancam Pasal 77 UU RI No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Pasal 335 KUHP, dan Pasal 170 KUHP.
Ia menegaskan, acara jalan sehat itu sama sekali tak diselenggarakan untuk menandingi acara kelompok berkaus #2019GantiPresiden. Bahkan, ia mengaku tak tahu-menahu kalau ada acara yang dilakukan mereka yang berkaus #2019GantiPresiden.
"Enggak ada (niat menandingi). Bahkan mereka yang melewati kami aja kita senyum, kita sapa, enggak tahu, saya enggak tau (soal acara #2019GantiPresiden)," ujar Susi.
Lebih lanjut Susi mengatakan, saat bertemu dengan kelompok lain, dirinya sempat menerima kata-kata kasar. "Bayar Bu ya, nasi bungkus ya, nasi bungkus-nasi bungkus. Dasar enggak punya duit. Karena kita pakai kaus tagar dia sibuk kerja, kita dikatain dasar lu kerja mulu kayak babu," ujar Susi.
https://www.liputan6.com/news/read/3495218/initimidasi-di-tengah-perang-tagar-pilpres-2019Bagikan Berita Ini
0 Response to "Initimidasi di Tengah Perang Tagar Pilpres 2019"
Post a Comment