:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1578459/original/038008100_1493281730-20170427--Menteri-PPN-dan-Menteri-PDT-Saksikan-Nota-Kesepahaman-Kerjasama-Infrastruktur-Indonesia--Johan-Tallo-06.jpg)
Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro merilis hasil kajian tahap awal estimasi dampak langsung penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 yang akan di Bali, pada Oktober ini. Dampak tersebut tentunya bagi ekonomi nasional, khususnya Pulau Dewata yang menjadi tuan rumah.
Bambang mengatakan penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meetings 2018 diperkirakan mampu meramaikan sektor pariwisata, meningkatkan aktivitas ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan mempromosikan investasi dan perdagangan.
“Sebagai tuan rumah, Indonesia harus mampu menunjukkan kepemimpinan dan komitmen dalam pembahasan isu global, mendorong optimalisasi manfaat lainnya untuk kepentingan nasional dan ekonomi Indonesia, memaparkan ketahanan nasional, dan kemajuan ekonomi Indonesia pasca krisis Asia, mempromosikan pencapaian Indonesia dalam menerapkan reformasi dan demokrasi, dan mendorong pengenalan budaya, pariwisata, industri kreatif, serta teknologi keuangan,” tegas Bambang di kantornya, Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Forum ekonomi IMF dan World Bank ini, diperkirakannya, akan berkontribusi signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, melalui penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan rumah tangga, pertumbuhan sektor pariwisata, peningkatan pendapatan usaha lokal, dan peningkatan penerimaan negara.
Bambang memprediksi dampak langsung pengeluaran peserta IMF-World Bank Annual Meeting 2018 mencapai Rp 943,5 miliar. Sebanyak 95,2 persen pengeluaran tersebut berasal dari wisatawan mancanegara dan sisanya sejumlah 4,8 persen, berasal dari wisatawan nusantara.
"Pengeluaran terbesar adalah akomodasi yang mencapai Rp 569,9 miliar, diikuti makanan dan minuman sebesar Rp 190,5 miliar, transportasi sejumlah Rp 36,1 miliar, hiburan sebesar Rp 57 miliar rupiah, dan souvenir senilai Rp 90,2 miliar," jelas mantan Menteri Keuangan itu.
Perkiraan biaya konstruksi untuk mendukung penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018, yang antara lain termasuk pembangunan underpass Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, Patung Garuda Wisnu Kencana, dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung mencapai Rp 4,9 triliun. Sedangkan biaya operasional hajatan besar ini diproyeksikan menelan sebesar Rp 1,1 triliun.
Dengan demikian, total dampak langsung pelaksanaan IMF-World Bank Annual Meeting 2018, baik dari sisi pengeluaran pengunjung, biaya konstruksi, dan biaya operasional mencapai Rp 6,9 triliun.
“Untuk meningkatkan dampak ekonomi penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018, kebijakan harus difokuskan untuk mempromosikan pariwisata secara maksimal dengan peningkatan pengeluaran peserta selama acara berlangsung dan peningkatan kepuasan peserta untuk dapat kembali berkunjung dan membagi pengalaman tersebut dengan teman atau keluarga, mempercepat peningkatan perdagangan dan transaksi bisnis selama dan setelah acara berlangsung, serta mendorong peningkatan investasi asing masuk ke Indonesia,” ujar Bambang.
Reporter : Wilfridus Setu Embu
Sumber : Merdeka.com
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3491316/perputaran-uang-selama-hajatan-besar-imf-dan-world-bank-di-bali-capai-rp-69-triliunBagikan Berita Ini
0 Response to "Perputaran Uang Selama Hajatan Besar IMF dan World Bank di Bali Capai Rp 6,9 Triliun"
Post a Comment