:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1498511/original/088191400_1486368771-Gula10.jpg)
Sebelumnya, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III telah menandatangani nota kesepahaman dengan PT Barata Indonesia (Persero), PT Surveyor Indonesia (Persero), dan PT Sucofindo (Persero). Kesepakatan ini berisi mengenai sinergi keempat BUMN dalam meningkatkan kualitas industri gula yang dimiliki oleh PTPN III.
Penandatangan nota kesepahaman ini dilakukan antara Direktur Utama PTPN III (holding) Dolly P Pulungan dengan Direktur Utama PT Barata Indonesia (persero) Silmy Karim, Direktur Utama PT Sucofindo (Persero) Bachder Djohan Buddin, dan Direktur Utama PT Surveyor Indonesia (Persero) M Arif Zainuddin di Kementerian BUMN pada 9 Mei 2018.
“Dengan adanya sinergi ini dapat memberikan benefit untuk seluruh pihak khususnya dalam pengadaan serta maintenance peralatan pabrik gula dan pemanfaatan limbah scrap seluruh anak usaha PTPN III Holding,” kata Dolly di Kementerian BUMN, Rabu 9 Mei 2018.
Dolly menambahkan, kerja sama strategis dengan PT Surveyor Indonesia dan PT Sucofindo terkait pengawasan analisis rendemen tebu dan sertifikasi mutu gula di seluruh wilayah produksi gula PTPN III.
Dia juga berharap dengan kualitas rendemen tebu yang telah diinspeksi dan diuji oleh lembaga inspeksi, pengujian, sertifikasi baik oleh PT Sucofindo atau PT Surveyor Indonesia dapat meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan kepada pabrik gula dan mendorong pencapaian mutu gula sesuai SNI.
Sementara itu, dalam kerja sama ini, Barata akan menjadi pihak yang membantu PTPN III untuk meningkatan lokal konten dan efisiensi mesin-mesin di pabrik gula yang dimiliki PTPN III. Sebab, selama ini kurang efisiennya produksi karena teknologi yang digunakan sudah cukup lama.
"Kerja sama ini akan meningkatkan peran industri nasional di negeri sendiri. PT Barata dan PTPN holding bersama-sama menindaklanjuti lokal konten, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang peran industri lokal dalam pembangunan ekonomi Indonesia," ujar Dolly.
Pada akhirnya, sinergi ini bisa meningkatkan efisiensi biaya pengadaan dan maintenance alat-alat untuk pabrik industri agro milik Holding Perkebunan Nusantara dan anak perusahaan. Selain itu, bahan limbah scrap bisa dikelola optimal oleh Barata Indonesia sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gula rafinasi tersebut tidak dikonsumsi untuk masyarakat, melainkan hanya keperluan industri.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah Tugaskan Bulog Beli Gula Petani Rp 9.700 per Kg"
Post a Comment