:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/2218599/original/061992000_1526635027-20180518-Pelemahan-Rupiah-terhadap-Dolar-AS-ANTONIUS-2.jpg)
Liputan6.com, Jakarta Depresiasi Rupiah dinilai masih relatif terkendali di tengah penguatan nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) yang menjadi persoalan global. Penguatan Dolar tidak hanya membebani Indonesia tetapi juga negara lain. Sebab itu, pelemahan Rupiah tak bisa serta merta menyalahkannya kepada pemerintahan.
"Pemerintahan Presiden Jokowi telah melakukan langkah-langkah yang konkret dan terus-menerus untuk mengatasi masalah ini termasuk melakukan langkah koordinasi dengan Bank Indonesia selaku otoritas yang bertanggung jawab soal stabilitas nilai tukar dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan, red) selaku pengawas industri jasa keuangan,” ujar Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun, Senin (16/7/2018).
Dia menuturkan, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS saat Presiden Jokowi dilantik, pada 20 Oktober 2014 adalah sekitar 12.030. Dolar kemudian menguat di kisaran Rp 14.800 pada 24 September 2015. Namun kini Dolar AS berada di kisaran Rp 14.400.
Dia kemudian membandingkan depresiasi rupiah dengan mata uang negara-negara lain. Misalnya, peso Argentina (ARS). Tiga tahun lalu, Dolar AS setara dengan ARS 9,1. Tapi dua tahun silam, ARS terdepresiasi. Nilai tukar Dolar AS kemudian menjadi ARS 14,8. Setahun kemudian ARS kembali terdepresiasi. Dolar menguat menjadi setara ARS 16,8.
Sedangkan enam bulan lalu, Dolar menguat menjadi setara ARS 18,6. Bahkan sebulan silam ARS makin terdepresiasi. Dolar pun mendai menjadi ARS 25,6. Sedangkan saat ini Dolar setara ARS 27,1.
“Size ekonomi Indonesia dengan Argentina memang berbeda. Tapi depresiasi ARS ini sudah mencapai 300 persen dalam tiga tahun,” ujarnya.
Demikian pula dengan rupee India (INR). Sekitar sepuluh tahun lalu nilai tukar Dolar terhadap mata uang ini setara dengan INR 42,1. Lima tahun lalu Dolar menjadi setara INR 59,3. Adapun setahun lalu, Dolar sudah menjadi INR 64,3.
Tapi sebulan silam kurs INR terhadap Dolar kian anjlok. Dolar menjadi setara INR 67,1. Berdasar catatan terkini, Dolar sudah menjadi setara 68,5.
Misbakhun juga menyinggung soal depresiasi lira Turki (TRY). Tiga tahun lalu, Dolar setara TRY 2,63. Namun pada dua tahun lalu, Dolar terkerek menjadi TRY 2,88. Setahun lalu kurs Dolar menguat kembali menjadi TRY 5,3. Sementara pada enam bulan lalu, Dolar menjadi TRY 4,65. Kini, Dolar di posisi TRY 4,84.
“Mata uang lira Turki dalam jangka waktu tiga tahun mengalami depresiasi, dari setiap Dolar AS setara TRY 2,63 menjadi TRY 4,84. Size ekonomi Turki hampir mendekati Indonesia sebagai emerging market country walaupun secara spesifik mempunyai banyak juga perbedaan dalam hal sumber daya alam, sistem ekonomi, struktur pasar dan beberapa para meter,” tutur dia.
Dia menambahkan, depresiasi yang terjadi pada ARS, INR maupun TRY menjadi bukti bahwa ada permasalahan di banyak negara emerging market. Artinya, menguatnya Dolar bukan persoalan Indonesia saja.
“Ini persoalan global. Tinggal adalah bagaimana persoalan tersebut di atasi dan diantisipasi dampak-dampak negatifnya terhadap perekonomian nasional,” katanya.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3590963/bukan-hanya-ri-penguatan-dolar-juga-bebani-negara-lainBagikan Berita Ini
0 Response to "Bukan Hanya RI, Penguatan Dolar Juga Bebani Negara Lain"
Post a Comment