Prancis versus Kroasia barangkali bukan final impian banyak orang di awal turnamen, tetapi pada akhirnya ini adalah final Piala Dunia 2018 yang memanjakan semua orang.
Bagaimana tidak, seluruh syarat untuk terciptanya laga klasik yang bakal dikenang sepanjang masa hadir membanjiri pertandingan di Luzhniki Stadium, Moskwa, pada Minggu (16/7).
Hujan gol, sarat drama, dan penuh momen menakjubkan sampai konyol yang menguras emosi penonton di seluruh pelosok bumi. Inilah partai yang sangat pantas untuk memungkas kompetisi terbesar sejagat.
Les Bleus merengkuh trofi juara dunia kedua mereka, namun perjuangan hebat Vatreni juga menjadikan anak buah Zlatko Dalic juara tersendiri, di hati warga Kroasia khususnya dan di mata banyak fans sepakbola secara umum.
Enam gol yang tercipta dalam kemenangan Prancis 4-2 mengesahkan duel ini sebagai final Piala Dunia dengan jumlah gol terbanyak sejak Inggris mengalahkan Jerman Barat pada 1966 melalui skor identik. Bedanya, laga zaman itu membutuhkan perpanjangan waktu untuk menelurkan setengah lusin gol.
Tertulis pula histori berupa keputusan penalti pertama di final turnamen berkat VAR (Video Assistant Referee) yang dikonversi Antoine Griezmann untuk membawa Prancis memimpin 2-1 tujuh menit mendekati akhir babak pertama. Griezmann jugalah yang mengeksekusi penalti VAR perdana di awal turnamen dalam keunggulan Prancis 2-1 kontra Australia.
Sementara, Kylian Mbappe mengikuti rekam jejak legenda Brasil Pele sebagai pemain remaja kedua yang melesakkan gol pada partai puncak kompetisi. Adapun empat gol Mbappe di Rusia cuma kalah dari koleksi enam gol Pele di Swedia 1958 untuk ukuran pemain yang masih di usia belasan.
Tak kalah penting adalah keberhasilan Didier Deschamps untuk menjadi persona ketiga sepanjang sejarah yang mengangkat trofi Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih, menyusul Mario Zagallo serta Franz Beckenbauer.
Di kubu Kroasia, Mario Mandzukic membukukan namanya sebagai pemain kedua yang mencetak gol untuk sekaligus ke gawang negaranya dalam satu partai Piala Dunia setelah Ernie Brandts (Belanda) kala menghadapi Italia pada 1978.
Terlepas dari berbagai data statistik, terhampar pula deretan momen menarik seperti masuknya sejumlah penyusup ke dalam lapangan di tengah permainan, blunder menggelikan Hugo Lloris, hingga momen ciuman Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic, yang membuktikan apa pun hasil akhir pertandingan, sportitivtas dan tali persahabatan mesti tetap dijunjung tinggi.
Maka, sahihlah laga ini disebut final untuk semua!
Kalo berita nya ga lengkap buka link disamping buat lihat berita lengkap nya http://www.goal.com/id/berita/champ-moment-final-untuk-semua/d9sp3oxupw3d1pchh0k2t1uth
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Champ Moment: Final Untuk Semua"
Post a Comment