JawaPos.com - Beberapa warga di sekitar Semarang mendadak cemas. Mereka saling menyebarkan informasi mengenai wabah difteri yang katanya menyerang sebuah perkampungan di Semarang. Ternyata terjadi disinformasi di dalam pesan tersebut.
"Diinfokan kepada: seluruh ibu hamil, ibu nifas, anak maupun keluarga diharapkan kalau lewat Jalan Dong Biru menggunakan masker Karena Kelurahan Genuksari masuk Zona Merah Penyebaran Penyakit Difteri. Korban meninggal bertambah 1 warga Kelurahan Genuksari. Buat Ibu2 Hamil dan teman2 lain harap hati2 barangkali ada yg mau jemput anak disekitar genuk masuk zona Merah Difteri. Info: Tim Medis Fakultas Kedokteran Unisula". Begitu bunyi pesan yang tersebar di berbagai platform media sosial sejak Jumat (20/7).
Beberapa orang menanyakan pesan itu kepada Jawa Pos. Karena mencatut nama sebuah kampus, koran ini melakukan pengecekan kali pertama ke Universitas Islam Sultan Agung atau Unissula (bukan Unisula) seperti tertulis dalam pesan di atas.
Pihak Unissula ternyata membalas e-mail yang dikirimkan koran ini. "Fakultas Kedokteran Unissula tidak pernah merilis imbauan kepada masyarakat terkait pentingnya menggunakan masker saat melewati Jalan Dong Biru. Tidak pernah pula merilis zonasi penyebaran penyakit difteri di Semarang," tulis Humas Fakultas Kedokteran Unissula Drs Purwito Soegeng Prasetijono MKes.
Jawa Pos juga meminta Radar Semarang (Jawa Pos Group) untuk menelusuri pesan di atas. Ternyata memang ada kejadian difteri di Kota Atlas itu. Ada lima orang yang suspect difteri. Satu di antara lima orang tersebut meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUP dr Kariadi, Semarang.
Dikutip dari berita Radar Semarang, korban meninggal adalah Bunyamin, 12, warga Genuksari RT 11, RW 3, Genuk, Semarang. Putra pasangan Mochamad Chozin dan Lilik Chosiyati tersebut sempat dirawat di RSUP dr Kariadi sejak Senin (16/7) dan meninggal Kamis (19/7) sekitar pukul 17.00.
Meski sudah ada korban, Pemkot Semarang belum menyatakan kejadian luar biasa (KLB) atau zona merah penyakit difteri di wilayahnya. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi bahkan menegaskan bahwa informasi zona merah difteri di Genuksari adalah hoax.
"Memang ada kasus difteri di sana, tapi sudah ditangani sedulur-sedulur Dinas Kesehatan Kota Semarang sehingga tidak ada namanya zona merah, apalagi sampai tidak boleh dilewati," jelas wali kota yang akrab disapa Hendi itu dalam keterangan resmi yang diterima Jawa Pos Radar Semarang Jumat (20/7).
Hendi mengatakan, anak-anak yang menderita difteri itu tidak diimunisasi saat bayi. Orang tua mereka menolak. "Sikap itu sungguh kami sesalkan. Selama tidak menolak imunisasi, tidak perlu khawatir, karena pencegahan utama difteri adalah imunisasi. Ketersediaan vaksin difteri di Kota Semarang sangat cukup," imbuh Hendi.
Difteri memang terjadi di Semarang. Ada korban meninggal asal Genuk. Tapi, pemkot tidak menetapkan KLB atau zona merah. Unissula juga tidak membuat pesan seperti yang beredar di media sosial.
(gun/c10/fat)
Kalo berita nya ga lengkap atau terpotong buka link disamping buat baca berita lengkap nya https://www.jawapos.com/hoax-atau-bukan/24/07/2018/difteri-iya-klb-dan-zona-merah-tidakBagikan Berita Ini
0 Response to "Difteri Iya, KLB dan Zona Merah Tidak"
Post a Comment