Search

Hereditary suguhkan kengerian dengan gaya baru

Hereditary | Official Trailer HD | A24 /A24

Jika Anda penggemar film bergenre horor, mungkin Hereditary bisa jadi pilihan minggu ini. Sebab, tak hanya menampilkan hantu atau monster yang mengagetkan, film yang baru tayang di bioskop Indonesia pada 27 Juni 2018 ini disebut-sebut akan menaikkan standar film horor sepanjang tahun.

Film garapan sutradara muda Ari Aster (31) ini bercerita tentang keluarga Ellen Graham yang menjalankan aturan secara matrilineal.

Setelah meninggal dunia, bayang-bayang Ellen pun menetap bersama keluarga sang anak, Annie Graham (Toni Collette) yang tinggal bersama suami Steve Graham (Gabriel Byrne) serta anak-anaknya, Peter (Alex Wolff) dan Charlie (Milly Saphiro).

Tak lama setelah kematiannya, misteri demi misteri tentang keturunan keluarga Graham pun terungkap.

Meskipun termasuk genre horor, tapi film ini tak bereksplorasi dengan adegan-adegan mengagetkan (jump scare). Suasana menyeramkan dibangun dengan menampilkan karakternya yang dibuat kerap melakukan tindakan yang janggal, yang hanya disadari oleh Anda sebagai penonton.

Mulai dari Annie, seorang seniman miniatur yang kerap membuat replika kejadian-kejadian yang dialami keluarganya, hingga Charlie si anak bungsu yang gemar menggambar objek tak lazim.

Kengerian yang disajikan pun selalu tepat pada waktunya. Beberapa adegan seolah membuat penonton siap dikagetkan oleh objek seram, tapi kemudian berlalu dengan hanya meninggalkan rasa tegang.

Meminjam istilah Huffington Post, tepat rasanya bila film ini dikategorikan sebagai tipe yang membakar secara perlahan dan meninggalkan trauma kepada penonton.

Selain dengan visual, film ini juga dicap sanggup membangun atmosfer seram dengan suara-suara. Satu yang paling tak terlupakan adalah suara "klok" dari mulut Charlie yang dimunculkan untuk membumbui adegan-adegan tertentu.

Begitu juga dengan musik latar yang mengiringi setiap pergerakan kamera. Menggandeng pemain saksofon Colin Stetson, sutradara asal Amerika Serikat itu jelas terlihat sangat menghindari suara-suara bising nan intens dari gesekan biola ala film horor konvensional.

Permainan Stetson cukup kekinian, lebih santai dan natural, tapi tetap membuat bulu kuduk meremang.

"Saya berusaha menyelesaikan kecemasan dan pelepasan yang sama, tapi tidak dengan menggunakan suara-suara konvensional yang kerap dikaitkan dengan genre tersebut," jelas Stetson soal musik latar yang dibuatnya kepada Thrillist.

Hereditary, yang merupakan film perdana Ari Aster, menuai pujian dari sana-sini. The New Yorker bahkan menyebut hadirnya Hereditary akan membuat standar baru yang berbeda untuk film horor, setidaknya sepanjang 2018.

Hereditary juga mampu meraup pendapatan di minggu ketiganya sebesar US $37 juta, atau sekitar Rp528 miliar, mengalahkan The Witch yang sama-sama keluaran studio A24.

Namun, tak hanya puja-puji, Aster ternyata juga menuai banyak kritik dari penontonnya. Banyak adegan yang dianggap sulit dimengerti, hingga penyelesaian yang dianggap ambigu, menjual ketelanjangan, dan terasa kurang gereget.

Menjawab hal ini, Aster pun mengatakan bahwa dirinya akan sedikit kecewa bila semua penonton berpikiran sama dan berharap filmnya akan menampilkan akhir yang mudah ditebak seperti pada film horor lainnya.

Ia juga mengatakan bahwa banyak adegan di film tersebut yang tak butuh penjelasan darinya dan membiarkan penonton menentukan apa yang ingin mereka percaya dan pikirkan.

Let's block ads! (Why?)

https://beritagar.id/artikel/seni-hiburan/hereditary-suguhkan-kengerian-dengan-gaya-baru

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Hereditary suguhkan kengerian dengan gaya baru"

Post a Comment

Powered by Blogger.