Berdasarkan statistik FIFA, Prancis memiliki penguasaan bola yang lebih banyak dari lawannya hanya di tiga dari enam pertandingannya di Rusia. Dari tiga laga itu, Prancis tampak kesulitan mencetak gol.
Pertama, saat melawan Australia, Les Bleus harus mencari gol Griezmann lewat titik penalti dan gol bunuh diri Behich.Kedua, saat melawan Denmark, dengan penguasaan bola 68 persen berbanding 38 persen. Prancis kesulitan menembus pertahanan Tim Dinamit meski mencetak 4 shots on target. Tak ada gol tercipta di laga ini.
Antoine Griezmann mencetak gol penalti saat melawan Australia. (REUTERS/Damir Sagolj)
|
Tim Ayam Jantan pun sampai butuh pertolongan sundulan mematikan bek mereka, Rafael Varane, dan blunder kiper Uruguay Fernando Muslera, untuk memastikan kemenangan.
Hal ini berbeda ketika anak asuhan Didier Deschamps membiarkan lawan mengurungnya dan mengambil alih penguasaan bola. Misalnya, saat melawan Belgia. Kylian Mbappe dan kawan-kawan mampu meraih 5 peluang bersih, berbanding 3 milik Belgia.
Raphael Varane jadi tembok tangguh timnas Prancis bersama Samuel Umtiti. (REUTERS/Damir Sagolj)
|
"Prancis telah memainkan anti-sepak bola. Saya belum tahu bahwa seorang striker bermain sangat jauh dari gawang," kata Courtois, merujuk pada striker Prancis Olivier Giroud yang lebih membantu pertahanan ketimbang menyerang.
Ya, lolosnya Prancis hingga babak final tak lepas dari kekuatan lini pertahanan mereka. Dari enam lawannya, hanya Argentina yang mampu mencetak gol ke gawang Prancis dari situasi permainan terbuka.
Kiper timnas Belgia Thibaut Courtois mengkritik permainan bertahan timnas Prancis. (REUTERS/Dylan Martinez)
|
Ala Ali
Anti-football sendiri sering diasosiasikan dengan negative football, taktik parkir bus, catenaccio-nya Italia. Saat tim besar yang bermain menyerang kalah, seperti Barcelona-nya Guardiola yang ditaklukkan Chealsea-nya Roberto Di Matteo pada 2012, tudingan anti-sepakbola mengemuka, seperti yang dikatakan Courtois pada Les Bleus.
Roberto Di Matteo sukses meraih trofi Liga Champions bersama Chelsea usai memainkan taktik parkir bus. (Ina Fassbender)
|
Bedanya, taktik defensif cenderung membiarkan lawan menguasai bola, mengepung daerahnya dalam waktu lama, hingga membuatnya kehilangan kesabaran dan lengah, untuk kemudian menghukumnya dengan serangan kilat mematikan seperti kala Mbappe menghukum Messi dan kawan-kawan.
"Attack wins you games, defence wins you titles," kata Sir Alex Ferguson, suatu ketika.
Mantan pelatih Manchester United Sir Alex Ferguson. (John Phillips/Getty Images for TechCrunch/AFP)
|
Duet Barca-Madrid
Di sisi lain, tipikal permainan Kroasia adalah penguasaan bola. Itu tak lepas dari keberadaan dua gelandang Barcelona dan Real Madrid yang kuat dalam memegang bola dan mengumpan: Ivan rakitic dan Luka Modric.
Metronom permainan timnas Kroasia Luka Modric. (REUTERS/Ivan Alvarado)
|
Tipikal lawan seperti inilah yang klop dengan strategi Deschamps yang mengandalkan Varane dan Umtiti yang alot ditembus serta Kante yang militan dalam berlari dan merebut bola.
Kylian Mbappe siap mencari celah di pertahana Kroasia dari sektor sayap. (REUTERS/Pilar Olivares)
|
Kecuali, Modric dan kawan-kawan mencetak gol lebih dulu dan memilih bertahan total. Griezmann dan kawan-kawan pun akan lupa cara berkreasi menembus pertahanan berlapis.
(jun)
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180715165117-142-314199/penguasaan-bola-kroasia-akan-untungkan-prancisBagikan Berita Ini
0 Response to "Penguasaan Bola Kroasia Akan Untungkan Prancis"
Post a Comment