JawaPos.com – Tidak sampai sebulan, masyarakat bakal tahu siapa yang bisa dipilih untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Sebab, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan 10 Agustus 2018 sebagai batas akhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden. Salah satu yang paling ditunggu, siapa lawan Joko Widodo (Jokowi).
Berdasar survei Indo Barometer pada periode April 2018, penantang terkuat adalah Prabowo Subianto dengan elektabilitas 19,7 persen. Jauh mengungguli Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan yang tidak sampai menyentuh 3 persen. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) realistis mengusung Prabowo karena tak ada tokoh yang elektabilitasnya mengungguli mantan Danjen Kopassus itu.
Namun, perjalanan Prabowo untuk menjadi capres mendapat ujian. Sekutu mereka seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tiba-tiba menggaungkan nama Anies Baswedan. Partai Amanat Nasional (PAN) juga belum menentukan sikap untuk mendukung Prabowo atau tidak. Namun, pengamat berharap agar Prabowo tak gentar.

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan kalau loyalitas pendukung Prabowo adalah kunci. Sebab, kalau Prabowo hanya menjadi cawapres atau king maker, maka sudah pasti akan berdampak langsung ke Partai Gerindra. "Kalau Prabowo tidak maju, pemilih Gerindra akan menurun," kata Ujang.
Menurutnya, apabila Prabowo tetap dicalonkan menjadi capres pada Pilpres 2019, bisa memberikan keuntungan pada Gerindra. Sehingga ini yang dinamakan efek ekor jas atau coat tail effect. Mudahnya, efek ekor jas itu soal pengaruh pesona seseorang terhadap perolehan suara partai politik.
Ketokohan Prabowo Subianto sebagai ketua umum, sangat mempengaruhi kesuksesan Gerindra. Masyarakat atau simpatisan memilih Gerindra karena identik dengan figur Prabowo yang diharapkan menjadi presiden. "Kalau Prabowo capres, paling tidak akan menambah kemenangan bagi Gerindra. Bisa jadi nomor dua," katanya.
Murujuk pada data Survei Polling Indonesia (SPIN) menyebutkan, Jokowi memiliki pemilih loyal sebesar 40 persen. Sementara Prabowo sebanyak 20 persen. Melihat dari data tersebut, jika Prabowo gagal menjadi capres maka pendukungnya juga akan hilang. Versi Ujang, antara 10 persen atau bahkan seluruhnya dalam kondisi yang ekstrim.
Pemilih setia Prabowo bisa kabur mendukung calon lain misalnya Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, ataupun Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). "Pendukung akan terpolarisasi ke banyak partai untuk mendukung. Ada rasa kecewa, kecenderungan itu muncul apabila tokoh yang didukung tidak maju," tuturnya.
Terpisah, Direktur Populi Center Usep S Ahyar mengatakan, peluang untuk Prabowo menjadi king maker sangatlah kecil. Sebab, putra dari Soemitro Djojohadikoesoemo sudah pasti melakukan perhitungan yang matang bagi dirinya dan juga Partai Gerindra.
Menurut Usep, dipertahakannya Prabowo bisa mempengaruhi suara Partai Gerindra di Pemilu 2019. Sehingga Prabowo menjadi capres adalah harga mati bagi Gerindra. "Ya, itu yang dipikirkan oleh Gerindra selama ini. Supaya Prabowo tetap dipertahankan, karena sangat mempengaruhi suara Gerindra," imbuhnya.
Pendukungnya juga akan solid memberikan suara ke Prabowo apabila menjadi capres. Ketimbang, dia menjadi king maker dan menyerahkan mandat capres ke orang lain. "Kalau misalnya ke Prabowo, akan lebih solid suara yang didapat. Tapi kalau bukan Pak Prabowo hasilnya akan berbeda," kata Usep.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad juga menegaskan hal itu. Bahwa Prabowo Subianto adalah harga mati bagi Gerindra untuk menjadi presiden. Tidak ada opsi kalau Prabowo Subianto menjadi cawapres ataupun menjadi aktor di belakang layar saat Pilpres 2019.
"Saat ini penantang Jokowi terkuat adalah Pak Prabowo, sehingga secara realistis tidak ada lawan lain yang setangguh Pak Prabowo," ujar Sufmi Dasco Ahmad.
Ketua DPP Partai Gerindra Nizar Zahro kepada JawaPos.com ikut menegaskan hal itu. Apabila Prabowo Subianto tetap menjadi capres maka akan ada dampak positif yang didapat. "Iya tentu akan berpengaruh ke Gerindra," tuturnya.
Opsi menjadi king maker atau menyerahkan mandat capres ke orang lain juga tidak pernah terpikirkan bagi Gerindra. Sebab, di rapat kerja nasional (rakernas) di Hambalang beberapa waktu lalu, sudah final keputusannya Prabowo menjadi capres. "Enggak ada (opsi king maker), di rakernas itu sudah final," pungkas Nizar.
(gwn/JPC)
https://www.jawapos.com/nasional/politik/12/07/2018/prabowo-subianto-batal-nyapres-gerindra-bisa-anjlok-di-pemilu-2019Bagikan Berita Ini
0 Response to "Prabowo Subianto Batal Nyapres, Gerindra Bisa Anjlok di Pemilu ..."
Post a Comment