Sejak 1962 hingga 2006 silih berganti kekuasaan negara Eropa dan Amerika Selatan terjadi di Piala Dunia.
Argentina dan Brasil menjadi wakil dari zona CONMEBOL sementara Jerman, Italia, Inggris dan Prancis menjadi representasi kekuatan zona UEFA.Sampai akhirnya setelah Italia meraih gelar keempat pada 2006, Spanyol kemudian menjaga trofi Piala Dunia 2010 dan Jerman meneguhkan kekuatan Benua Biru di Brasil empat tahun lalu.
Kini di Piala Dunia 2018 negara-negara Amerika Selatan kembali terjungkal dalam persaingan meraih gelar prestisius di persaingan antarnegara.
![]() |
Keduanya kalah dari wakil Eropa, Prancis dan Belgia, yang memang berstatus sebagai unggulan utama di Piala Dunia kali ini.
Nama-nama besar yang menjadi motor tim Amerika Selatan adalah salah satu alasan menjagokan Brasil, Argentina, dan Uruguay atau Kolombia di Piala Dunia 2018.
Kesebelasan-kesebelasan Eropa yang masih bertahan di Piala Dunia 2018 seperti Prancis, Swedia, Belgia, Inggris, dan Rusia cukup paham bermain dengan organisasi tim yang matang untuk menghentikan serangan lawan.
Kekompakan dalam bertahan dan menyerang berhasil meniadakan faktor kebintangan dari lawan.
Kendati ada momen-momen brilian yang tercipta dari pergerakan atau aksi individu di dalam sebuah pertandingan, tetap saja sepak bola adalah olahraga interaksi yang membutuhkan kerja sama 11 pemain. Sehingga ketergantungan terhadap satu orang menjadi senjata bumerang bagi kesebelasan yang memiliki pemain bintang.
![]() |
Argentina dan Brasil tercatat merupakan negara dengan penguasaan bola tertinggi di Piala Dunia kali ini. Selain Spanyol dan Jerman, Argentina juga memiliki rataan penguasaan bola melebihi 60 persen. Sementara Brasil mendekati 57 persen.
Kemampuan finishing kedua kesebelasan unggulan tersebut berhasil diredam pemain-pemain lawan.
Mandeknya produktivitas gol negara Amerika Selatan juga terlihat dari daftar pencetak gol di Piala Dunia 2018. Tidak ada yang mampu menembus jumlah tiga gol selain Edinson Cavani.
![]() |
Keberadaan para pemain bintang Amerika Selatan merumput di klub-klub seperti Barcelona, Paris Saint-Germain, membuat para pemain Eropa mafhum dengan kelemahan dan kekuatan mereka.
Pelatih negara-negara Eropa juga memiliki peran penting dalam menerapkan pendekatan taktikal yang berujung kemenangan. Didier Deschamps, Roberto Martinez, atau Zlatko Dalic memiliki rencana permainan untuk memaksimalkan kekuatan tim yang memperkaya variasi gaya bermain anak asuh masing-masing.Sementara Tite, Jorge Sampaoli, Oscar Tabarez, Jose Pekerman atau Ricardo Gareca yang tergolong lebih senior tampak mandek dalam menerjemahkan keinginan kepada para pemain.
(nva)
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20180707101619-142-312275/redup-sinar-amerika-selatan-di-piala-duniaBagikan Berita Ini
0 Response to "Redup Sinar Amerika Selatan di Piala Dunia"
Post a Comment