
"Harus berhati-hati saya kira mencalonkan, jangan sampai mereka pecah. Akan lebih mudah menantang petahana kalau mereka satu. Maka, kalau Anies maju jadi capres, itu berarti harus mendapatkan endorsement dari tokoh utama di luar Jokowi sekarang, yaitu Pak Prabowo," kata Djayadi di kantornya, Jalan Cisadane, Jakarta Pusat, Selasa (5/7/2018).
Menurutnya, saat ini koalisi Jokowi dinilai solid, maka akan sulit bagi koalisi non-petahana akan menghasilkan calon lebih dari satu.
Selain itu, jika Anies berpasangan dengan Jusuf Kalla, hal itu dinilai akan sulit maju. Sebab, tidak ada parpol pengusung.
"Kalau Pak JK berpasangan dengan Pak Anies, secara teoretis mungkin. Tapi problemnya adalah keduanya orang orang nonpartai. Pak JK memang masih orang Golkar, tapi tampakmya Pak JK akan kesulitan menggunakan Golkar sebagai partai yang mencalonkan beliau sebagai calon presiden. Demikian juga Pak Anies karena Pak Anies tidak punya partai. Maka dari itu, pertanyaan pertama adalah partai mana yang akan mencalonkan mereka," sambung Djayadi.
Menurutnya, hanya ada satu peluang nonpetahana maju, yakni jika calon yang maju hanya satu, pasangan JK-Anies. Ia mengatakan jika lebih dari satu calon, akan berat.
"Kalau hanya ada satu calon, yakni kubu nonpetahana diwakili Pak JK dengan Pak Anies dan partai-partai yang selama ini berada di luar koalisi Pak Jokowi semuanya bergabung mendukung JK dan Anies, saya kira peluangnya masih ada. Tapi kalau tidak ada, itu berat," imbuhnya.
(yld/rna)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "SMRC: Anies Sulit Bila Head to Head dengan Prabowo di Pilpres ..."
Post a Comment