TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Tinggi Israel pada Minggu 27 Agustus memutuskan pemerintah Israel harus mengizinkan lima perempuan dari Gaza yang dilaporkan sebagai anggota keluarga kelompok teroris Hamas, untuk melakukan perjalanan ke Yerusalem Timur guna perawatan medis kanker.
Dilaporkan Times of Israel, 29 Agustus 2018, pemerintah Israel telah melarang kerabat anggota Hamas memasuki Israel untuk perawatan medis sebagai bagian dari upaya untuk menekan organisasi teroris agar mengembalikan jenazah dua tentara Israel yang telah ditahan sejak konflik Gaza 2014, serta dua warga Israel yang memasuki Jalur Gaza, yang diyakini Israel ditahan Hamas.
Baca: Dianggap Teroris, Israel Tak Minat Gencatan Senjata dengan Hamas
Israel menyarankan kelima perempuan Gaza dirawat di luar negeri, tetapi jaksa berpendapat biayanya akan sangat mahal. Perawatan medis yang dibutuhkan perempuan tidak tersedia di Tepi Barat, namun dua rumah sakit Yerusalem Timur merupakan alternatif perawatan paling mungkin.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman (tengah) mengunjungi perbatasan Kerem Shalom di Gaza, terminal perbatasan komersial utama di jalur itu, 22 Juli 2018. [REUTERS/Amir Cohen]
Petisi itu awalnya diajukan oleh tujuh perempuan Gaza, tetapi dua dikonfirmasi tidak memiliki hubungan apapun dengan Hamas.
Hakim Uzi Fogelman mencatat dalam putusannya meskipun tidak masuk akal bagi pemerintah jika menggunakan putusan ini untuk memastikan kembalinya para tahanan Hamas.
"tujuan ini tidak dapat dibenarkan atas kemungkinan seorang kerabat anggota Hamas menerima perawatan medis yang menyelamatkan jiwa di Israel," kata Uzi. Dia menambahkan bahwa lima perempuan bukanlah ancaman keamanan.
Baca: Israel akan Melarang Bendera Palestina
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengeluarkan pernyataan bersama yang menerima keputusan pengadilan tetapi mengklaim bahwa keputusan tidak berurusan dengan kebijakan akses terbatas Israel secara keseluruhan, yang terus membuat ribuan pasien terancam.
"Pengadilan bertindak benar menolak menteri pertahanan Israel dan klaim keterlaluan kabinet bahwa pasien dalam kondisi kritis dapat digunakan sebagai barang tawar-menawar," kata pernyataan dari Al Mezan Center for Human Rights di Gaza.
Oron Shaul (kiri) dan Hadar Goldin (kanan), tentara Israel yang tewas dalam operasi Protective Edge dan jasadnya diduga masih ditahan Hamas di Gaza.[israelinternationalnews.com]
Namun lembaga HAM menuduh, keputusan awal pemerintah Israel menandai bertapa rendahnya dan memalukan hukuman kolektif Israel terhadap warga Gaza, yang melarang warga Palestina untuk berobat.
Dror Eidar, pemimpin redaksi untuk Israel Daily mengatakan keputusan ini dilematis di satu sisi karena pemerintah ingin menggunakan kasus ini sebagai tawar-menawar terhadap warga Israel yang ditawan Hamas.
"Israel mengatakan kepada Hamas, 'Anda ingin perawatan kemanusiaan dari pihak kami, dan kami ingin Anda berbaik hati dan memberi kami beberapa rincian tentang orang-orang ini, atau mungkin untuk melakukan pertukaran tahanan', namun Mahkamah Agung tidak menerimanya dan mengatakan bahwa kemanusiaan nilai-nilai berada di luar langkah-langkah keamanan, kata Eidar saat diwawancara Sputniknews.
Baca: Pejabat Palestina Kenang Aktivis Perdamaian Israel Uri Avnery
Dilansir dari Jerusalem Post, Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Liberman, menolak permintaan mereka dalam upaya untuk menekan Hamas, untuk menekan Hamas ke meja perundingan menyerahkan tahanan dan tubuh tentara yang ada di Gaza.
Menanggapi permintaan Liberman, Pengadilan Israel mengatakan bahwa Liberman tidak peduli untuk meninjau kasus-kasus perorangan perempuan Gaza pasien kanker atau untuk memeriksa apakah ada di antara mereka yang menghadirkan ancaman keamanan negara apa pun. Bahkan pengadilan menyebut lima perempuan tidak mengancam keamanan Israel.
https://dunia.tempo.co/read/1121775/tawarkan-pengobatan-kanker-israel-mau-tawar-menawar-dengan-hamasBagikan Berita Ini
0 Response to "Tawarkan Pengobatan Kanker, Israel Mau Tawar-menawar dengan Hamas"
Post a Comment