CIANJUR, (PR).- Kalangan pelajar menyumbang sekitar 10-20 persen dari ratusan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Cianjur. Pelajar dari tingkat SMP, memiliki risiko yang cukup tinggi dipengaruhi oleh pergaulan yang dinilai semakin bebas di era teknologi ini.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Cianjur tercatat ada 865 ODHA di Cianjur dari tahun 2016 hingga pertengahan 2018. ODHA di bawah umur, terbagi atas beberapa anak usia 3 sampai 9 tahun, puluhan anak di usia 10 sampai 18 tahun, dan ratusan lainnya berada di umur 18 sampai 40 tahun.
“Memang pekerja seks komersial dan menyimpang masih mendominasi ODHA. Tapi, dari klasifikasi umur pelajar juga kini jadi perhatian khusus,” Kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Cianjur, Neneng Efa Fatimah, Rabu 5 September 2018.
Maraknya perilaku seks bebas dan menyimpang, dikhawatirkan menyebabkan pelajar semakin beresiko terkena HIV/AIDS. Apalagi, arus informasi yang dapat diakses dengan bebas bisa saja membuka jalan menuju pergaulan bebas.
Hal itu, lantas membuat dinas merasa perlu melakukan upaya antisipatif lebih keras lagi. Pemberdayaan dan pembinaan yang kontinyu, harus didapatkan pelajar secara memadai di usianya.
“Upaya ini penting, apalagi kalau melihat prosentase pelajar sebagai penyumbang ODHA. Seharusnya, di usia mereka tidak ada yang terjangkit,” ucapnya.
Efa menjelaskan, kalangan pelajar mulai dibina melalui sosialisasi terkait pengebab penularan HIV/AIDS. Di usia pelajar, rokok yang berpotensi menjadi jalan konsumsi narkoba harus diwaspadai. Apalagi, jika akhirnya mereka terjebak penggunaan narkoba yang menggunakan alat suntik bergantian.
Pelajar jadi sasaran
Kekhawatiran penularan lain juga berasa dari maraknya penyimpangan seks. Di Cianjur, isu penyimpangan seks memang sempat menjadi kekhawatiran. Terlebih, di awal 2018 seorang pelajar kedapatan sedang melakukan pesta seks sesama jenis di kawasan Cipanas. Pelajar itu diduga bertemu dengan para pelaku seks menyimpang, melalui aplikasi kencan sesama jenis.
Kejadian itu, semakin menimbulkan keresahan karena ternyata pelajar juga menjadi sasaran pelaku seks menyimpang. Hal itu, membuat risiko tertular penyakit HIV/AIDS pun bisa lebih besar.
Apalagi, berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 1640 orang LGBT di Cianjur. Sebanyak 800 orang diantaranya sudah melakukan tes darah, dan dipastikan 10 persen dari mereka positif HIV/AIDS.
“Makanya, kami lakukan sosialisasi kepada para agen kepanjangan tangan dinas. Ada Mahasiswa Agen Peduli HIV/AIDS (Mapa) dan Pelajar Peduli HIV/AIDS (PPHA),” kata dia.
Ia juga menyarankan, agar para pelajar melaksanakan program keagamaan yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Cianjur untuk membentengi diri.
Prilaku menyimpang
Sementara itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Cianjur Hilman mengatakan, hasil penelitian LSM mengungkapkan jika pertumbuhan pelaku seks menyimpang dalam hal ini lelaki seks dengan lelaki (LSL), bisa terjadi dengan cepat.
Kalangan gay di Cianjur bahkan dapat merekrut 5-6 gay baru setiap bulan. Tidak menutup kemungkinan, kalangan pelajar menjadi sasaran perekrutan.
“Oleh karena itu, kami berbagi tugas dengan LSM yang mendata LSL untuk mendorong pelaku melakukan tes darah. Kan mereka lebih bisa masuk ke lingkungan itu,” kata dia.
Menurut Hilman, para pelaku perlu didorong juga untuk segera merubah perilaku menyimpang itu. Ia mengharapkan, upaya yang memaksimalkan pendekatan personal dapat menggugah pelaku seks menyimpang untuk merubah pola pergaulan mereka ke depannya.***
Kalo berita nya ga lengkap atau terpotong buka link disamping buat baca berita lengkap nya http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2018/09/05/pelajar-dari-tingkat-smp-jadi-peyumbang-bertambahnya-penderita-hivaids-429782Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pelajar dari Tingkat SMP Jadi Peyumbang Bertambahnya Penderita HIV/AIDS"
Post a Comment