SERAMBINEWS.COM, COLOMBO - Para perempuan yang tinggal di bekas zona konflik di Sri Lanka kini harus berjuang untuk melunasi utang mereka, bahkan sampai harus menjual ginjal untuk membayar para lintah darat.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh pakar independen PBB, Juan Pablo Bohoslavsky, melihat dampak konflik sipil selama puluhan tahun di Sri Lanka yang berakhir sembilan tahun lalu.
Dia menyebut banyak perempuan Sri Lanka yang menjadi janda akibat konflik dan harus bertahan hidup dengan berutang.
" Perempuan kerap mendapat kekerasan psikologis dan fisik dari para penagih utang," ujarnya dalam pernyataan usai mengunjungi negara kepulauan itu.
"Saya bahkan sempat melihat kasus peminjam yang mencoba menjual organ ginjal mereka demi mendapat uang untuk membayar utang," lanjutnya tanpa memberi rincian lebih lanjut.
Baca: Di Depan Delegasi Thailand, Azhari Cagee Bicara Soal Penyelesaian Konflik Aceh
Baca: Rutan Sigli Diduga Kerap Terjadi Transaksi Narkoba, Polisi Ringkus Tiga Napi dan Amankan Ganja
Melansir dari AFP, sebanyak puluhan ribu perempuan, termasuk janda perang akibat konflik berkepanjangan selama 37 tahun yang kini tinggal di Sri Lanka.
Banyak dari para perempuan dan janda tersebut yang terpaksa meminjam dari rentenir.
Bohoslavsky mengatakan suku bunga tahunan dari lintah darat bahkan dapat mencapai 220 persen.
Tidak hanya menuntun pembayaran utang dalam bentuk uang, para penagih utang juga kerap meminta pelayanan seks kepada para perempuan yang berutang kepada mereka.
Media lokal memberitakan bahwa puluhan perempuan yang hidup di bawah tekanan utang, kemudian memilih untuk bunuh diri.
http://aceh.tribunnews.com/2018/09/11/perempuan-korban-konflik-di-negara-ini-terpaksa-jual-ginjal-untuk-bayar-utangBagikan Berita Ini
0 Response to "Perempuan Korban Konflik di Negara Ini Terpaksa Jual Ginjal untuk ..."
Post a Comment