Cerminan itu adalah Dollar Index yang naik 0,4% menjadi 95,679. Alhasil, rupiah terkapar di atas level psikologis Rp 15.000, tepatnya menjadi Rp 15.040 per dolar, posisi terendah sejak 1998.
Dolar AS naik karena investor global sedang mengkhawatirkan kondisi di Eropa, di mana APBN Italia sedang menjadi perhatian karena berpotensi menyeret ekonomi Eropa. Di tengah kontraksi pasar tersebut, harga obligasi juga tertekan.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Koreksi terjadi setelah hampir setengah hari pasar obligasi justru positif di tengah penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.</span> Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang paling terkoreksi harganya adalah seri 20 tahun dan 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 8 basis poin (bps) dan 6 bps menjadi 8,56% dan 8,09%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahun dan 15 tahun dengan penurunan yield 4 bps dan 0,3 bps menjadi 7,94% dan 8,26%.
Yield Obligasi Negara Acuan 2 Oct 2018
Seri | Benchmark | Yield 1 Okt 2018 (%) | Yield 2 Oct 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 7.904 | 7.948 | 4.40 |
FR0064 | 10 tahun | 8.026 | 8.092 | 6.60 |
FR0065 | 15 tahun | 8.263 | 8.266 | 0.30 |
FR0075 | 20 tahun | 8.478 | 8.56 | 8.20 |
Avg movement | 4.88 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).
Indek tersebut turun 0,68 poin (0,3%) menjadi 230,09 dari posisi kemarin 230,77.</span>
Penurunan harga pasar obligasi rupiah pemerintah tersebut juga membuat selisih yield-nya(spread) dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun kembali menembus level psikologis 500 bps, tepatnya 503 bps.
Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,06% dari posisi kemarinj 3,08% karena adanya penguatan pasar obligasi akibat beralihnya dana investasi global dari pasar ekuitas AS dan dari negara berkembang di tengah kekhawatiran Italia.
Spread yang masih lebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, membuat investor global perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.
Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang hingga sore ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok 1,16% menjadi 5.875 hingga penutupan tadi sore, dan nilai tukar rupiah melemah 0,91% menjadi Rp 15.040 di hadapan setiap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/roy)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar Terkoreksi, Pemerintah Lelang SBSN Rp 5,1 Triliun"
Post a Comment