Dalam sebuah kisah cinta yang nyaris mustahil, Fadi al-Ghazali dari Gaza dan Yara al-Zoubi dari Suriah, berencana menikah pada tanggal 18 November 2018. Segalanya sudah siap, mereka telah menabung dan mengumpulkan uang untuk membangun rumah impian. Pada hari Senin (12/11), rumah dan impian mereka hancur akibat serangan udara Israel.
Oleh: Walid Mahmoud dan Muhammad Shehada (Al Jazeera)
Ketika warga Palestina memberanikan diri keluar dari rumah mereka pada hari Selasa (13/11), setelah serangan udara putaran terakhir Israel di Gaza, mereka melihat adegan luar biasa di dekat puing-puing bangunan al-Rahma yang dibom.
Tergantung di kamar tidur apartemen yang hancur sebagian, gaun pengantin, tertutup oleh debu dan sobek karena pecahan peluru.
Orang-orang mulai berkumpul dan memandang dengan takjub, mereka tidak tahu bahwa gaun itu memiliki kisah cinta, tragedi, dan kesetiaan selama lima tahun.
Pada tahun 2013, Fadi al-Ghazali, seorang berusia 22 tahun dari Gaza, bertemu dengan Yara al-Zoubi, 21 tahun dari kota Suriah, Khan Sheikhoun, di Facebook, seorang wanita yang membuatnya langsung jatuh cinta.
“Saya tahu dia adalah belahan jiwa saya sejak awal,” kata Fadi kepada Al Jazeera.
“Dia telah melihat hal-hal yang tidak bisa dibayangkan oleh pikiran manusia kebanyakan. Saya juga selamat dari tiga perang di Gaza pada tahun 2008, 2012 dan 2014. Jadi, saya memahami dia.”
Meskipun menghadapi hambatan geografis dan politik, pasangan itu bertekad untuk saling bertemu.
“Kami ingin sekali untuk bertemu, semua orang mengejek kami karena saya tinggal di Jalur Gaza yang terkepung dan dia tinggal di Suriah yang dilanda perang,” katanya. “Itu tidak mungkin terjadi.”
Dalam waktu singkat, Fadi melamar Yara, dan keluarganya menghubungi dia untuk mengatur pertunangan mereka.
“Saya meminta restu orangtuanya dan mereka menyambut saya di keluarga mereka dengan tangan terbuka.”
‘Sebuah keajaiban’
Fadi menghabiskan lima tahun berikutnya bekerja sebagai pembuat manisan, mencari uang untuk biaya pernikahan dan membeli perabot untuk rumah mereka.
Sementara itu, setelah permintaan berkali-kali, Yara akhirnya diberikan persetujuan oleh otoritas Mesir untuk memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah.
Sebuah wilayah dengan lebih dari dua juta orang, Gaza telah berada di bawah blokade yang dihancurkan Israel selama 11 tahun terakhir, yang telah sangat membatasi pergerakan orang Palestina untuk keluar masuk dari wilayah itu.
Israel menarik pasukan dan pemukimnya dari daerah kantong pada tahun 2005, tetapi, karena alasan keamanan, mereka tetap mempertahankan kontrol ketat atas perbatasan darat dan lautnya.
Mesir juga membatasi pergerakan keluar masuk Gaza melalui perbatasannya.
“Butuh keajaiban untuk mengeluarkan tunangan saya dari Suriah, apalagi ke Gaza,” kata Fadi. “Kami mencapai apa yang sebelumnya mustahil terjadi.”
“Ketika dia tiba di Rafah, saya sangat senang saya merasa seperti melayang, dan orang-orang kagum dengan cerita kami dan mereka ingin merayakannya dengan kami di rumah kami,” katanya.
Keluarga Yara tidak dapat pergi ke Gaza untuk pernikahan karena pembatasan Israel dan Mesir tentang kebebasan keluar masuk di wilayah Palestina yang diduduki itu.
Menurut Fadi, Yara membawa gaun pengantin seharga $2.000-nya dari Suriah.
Setelah kedatangan Yara, pasangan itu bersemangat menghabiskan beberapa hari berikutnya berbelanja untuk pernikahan mereka yang rencananya akan diadakan pada tanggal 18 November bertepatan dengan ulang tahun ke-22 Fadi.
“Semua yang kami butuhkan sudah siap; rumah kami, perabotan, gaun pengantin… Kami hanya menunggu hari ulang tahun saya untuk menjadi pasangan paling beruntung di muka bumi ini,” katanya.
Pengantin perempuan itu tinggal di rumah ibu Fadi, sementara pengantin pria menunggu di rumah masa depan mereka karena mereka berdua sangat menantikan hari pernikahan mereka.
Namun, pada hari Senin (12/11), keluarga Fadi menerima panggilan sekitar tengah malam bahwa bangunan yang berdekatan dari rumah mereka akan menjadi sasaran serangan udara Israel.

Fadi melihat keluar ke arah puing-puing gedung al-Rahma dari apartemennya yang hancur (Foto: Al Jazeera/Walid Mahmoud)
‘Israel menghancurkan impian kita’
Fadi dan keluarganya berlari mencari perlindungan di rumah bibinya, ketika bangunan lima lantai al-Rahma, di samping rumah Fadi, dihancurkan oleh rudal yang ditembakkan dari langit.
Ketika keluarga itu kembali ke daerah rumahnya keesokan paginya, mereka menemukan rumah mereka telah runtuh.
“Saya dan tunangan saya terkejut. Mimpi kami hancur oleh serangan Israel yang menyerbu rumah kami,” kata Fadi.
“Semua jendela rusak, perabotan kami dan beberapa dinding luar telah berubah menjadi puing-puing, dan gaun pengantin itu robek.
“Semua uang yang saya simpan selama bertahun-tahun sekarang hilang,” katanya, menambahkan bahwa kerusakan itu diperkirakan senilai lebih dari 5.000 Dinar Yordania ($7.000).
Menurut Fadi, Yara menghabiskan sepanjang malam menangis dan menderita serangan panik ketika dia melihat kehancuran yang disebabkan oleh serangan Israel itu.
“Dia memberitahu saya ‘sepanjang hidup saya, saya selalu melarikan diri dari perang, tetapi itu terus mengikuti saya’.”
Tahun lalu, kampung halaman Yara, Khan Sheikhoun, menjadi korban serangan kimia yang merenggut nyawa sedikitnya 83 orang, sepertiga dari korban merupakan anak-anak.
Ketika penduduk setempat mendengar cerita Yara dan melihat apa yang terjadi pada rumah dan gaun pengantinnya, seluruh penduduk bersatu.
Seorang wedding organizer, pengusaha hotel, penata bunga, fotografer, penjahit, dan yang lainnya menawarkan jasa mereka secara gratis.
Sekelompok filantropis memberi mereka hadiah untuk memastikan pernikahan mereka terjadi tepat waktu.
Namun, dengan masa depan Gaza yang masih belum pasti dan kekerasan yang sering terjadi, pasangan itu mengatakan mereka takut melanjutkan kembali rencana pernikahan mereka, takut di suatu pagi mereka terbangun dan menemukan semuanya runtuh dan hancur lagi.

Orang-orang Palestina di jalur gaza yang terkepung itu telah bersatu dengan wedding organization, pengusaha hotel dan penata bunga yang menawarkan jasa mereka secara gratis (Foto: Al Jazeera/Walid Mahmoud)
Keterangan foto utama: Fadi duduk di puing-puing bangunan yang hancur karena serangan udara Israel memandang ke gaun pengantin Yara (Foto: Al Jazeera/Walid Mahmoud)

Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Cinta Palestina-Suriah Hancur karena Serangan Udara Israel"
Post a Comment