Liputan6.com, Yerusalem - Seorang jurnalis Amerika Serikat yang tak disebutkan identitasnya, menunjukkan suntingan ekstensif dari New York Times (NYT), mengungkap perubahan yang terjadi dalam artikel yang dimuat dalam surat kabar tersebut, terkait pengeboman Israel di Jalur Gaza pada minggu ini.
Ia kemudian didebat dengan sengit di Twitter oleh konsulat Israel.
Sebuah akun Twitter dengan nama @nyt_diff --yang melacak editan dalam artikel itu ke New York Times-- menguak bagaimana koran yang berbasis di New York tersebut mengubah berita utama dan menyalinnya untuk menggambarkan secara riil konflik di Jalur Gaza.
"Propaganda yang luar biasa," ucap Ben Norton, seorang penulis yang berbasis di New York dan bekerja untuk The Real News, mengomentari hasil gubahan.
"NYT menulis ulang artikelnya sembari membungkuk ke belakang demi menghilangkan jejak tentang Israel yang terlebih dahulu memulai kekerasan di Gaza, menutupi fakta bahwa pertahanan yang dilakukan Gaza dianggap sebagai bentuk pembalasan," lanjut Norton, sebagaimana dikutip dari RT.com, Jumat (16/11/2018).
Change in Headline pic.twitter.com/WfbZ5IbGa2
— Editing TheGrayLady (@nyt_diff) November 13, 2018
Percakapan keduanya di jejaring sosial tersebut menarik perhatian akun konsulat Israel di New York. Mereka lalu menegur Norton untuk "mengatakan fakta yang sebenarnya."
There was nothing "retaliatory" about #Hamas's rocket attacks. Our strikes came in *response* to aggression from the terrorists. Get it right.#IsraelUnderFire #IsraelUnderAttack #FreeGazaFromHamas
— Israel in New York (@IsraelinNewYork) November 13, 2018
"Jika stasiun TV propaganda yang dimiliki oleh kelompok teroris seperti Hamas dijadikan sumber berita oleh Anda, maka kami dapat memahami betul 'jurnalis' seperti apa Anda ini," tegas akun Konsulat Jenderal Israel untuk Amerika Serikat @IsraelinNewYork.
Membaca cuitan tersebut, Norton membalas dengan mantap.
"Mengebom sebuah stasiun TV adalah kejahatan perang, bahkan jika Anda tidak menyukai para jurnalis yang menjalankannya," balas Norton.
As Israel bombs TV stations, universities, and houses in Gaza (while also illegally besieging the strip and shooting protesters trapped in what even David Cameron identified as a "prison camp"), its consulate in NY is harassing US journalists and posting emojis like a 13-year-old pic.twitter.com/qovWGDF4D7
— Ben Norton (@BenjaminNorton) November 14, 2018
Ini adalah pertama kalinya para diplomat Israel menggunakan akun Twitter resmi konsulat, secara langsung, untuk merespons laporan wartawan tentang konflik di Gaza.
Pada Agustus 2018, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon, menuduh BBC berbohong karena menuliskan berita tentang Gaza. Ia juga menuntut media Inggris itu untuk "mengubah naskahnya segera mungkin."
Sedangkan pada Juli tahun ini, Nahshon pun mengecam CNN dan menuduh media ini telah memanipulasi berita dan menuliskan kebohongan berkali-kali.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Konflik Gaza, Diplomat Israel Gunakan Twitter untuk Serang Jurnalis"
Post a Comment