
Di Afghanistan pasca-Taliban, tim sepak bola putri dipuji dunia sebagai simbol kebebasan baru yang dinikmati perempuan negara itu.
Tetapi sekarang salah satu pejabat tinggi olahraga Afghanistan mengakui bahwa pesepak bola perempuan - yang menentang para milisi dan kelompok garis keras karena berani turun ke lapangan - telah dilecehkan secara seksual.
Dan ini bukan hanya terkait dengan sepak bola - dia mengakui masalah ini juga terjadi pada cabang olahraga lainnya.
Kebanyakan atlit putri terlalu ketakutan untuk mengungkapkannya secara terbuka terkait dengan dugaan pelanggaran yang dilakukan para pelatih dan pejabat olahraga. Tetapi sekarang sebagian dari mereka mengungkapkannya secara tertutup kepada BBC terkait dengan pengalaman mereka.
Skandal ini muncul dalam beberapa hari terakhir. Pada hari Jumat, Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) menyatakan pihaknya sedang menyelidiki klaim yang dilontarkan oleh sejumlah pemain putri di tim sepak bola nasional. Kejaksaan Agung Afghanistan kemudian menyatakan pihaknya melakukan penyelidikan terpisah.
Pada hari Senin (03/12), Presiden Ashraf Ghani langsung menanggapi tuduhan ini dan mengatakan bahwa hal itu "mengejutkan semua warga Afghanistan".
"Bahkan jika baru dugaan saja sudah cukup membuat orang berhenti mengirim anak laki-laki dan perempuannya berolahraga, maka kita perlu segera bertindak secara menyeluruh," katanya.
Hummel, sebuah perusahaan pakaian Denmark, telah menarik diri sebagai sponsor Federasi Sepak Bola Afghanistan (AFF), organisasi yang paling banyak dikaitkan dengan tuduhan ini.
Sayed Alireza Aqazada, sekretaris jenderal federasi, yang presidennya, Keramuddin Karim adalah salah satu orang yang dituduh terlibat pelecehan, mengulangi sanggahan yang telah disampaikan sebelumnya.
Cerita para perempuan tersebut tidak benar, katanya. Menurutnya, tidak ada pelecehan seksual yang pernah dilakukan terhadap satu pun pemain putri.
Tetapi masalah ini tidak terlihat mereda. Berbagai pertanyaan dilontarkan dalam sidang di kedua majelis parlemen Afghanistan pada hari Senin. Kemudian Hafizullah Rahimi, ketua komite Olimpiade Afghanistan menyampaikan pernyataan yang mengejutkan di depan para wartawan di Kabul.
"Menyedihkan, kekhawatiran seperti ini menimpa kita," katanya. "Pecelehan seksual memang terjadi, bukan hanya di dalam Federasi Sepak Bola, tetapi juga di federasi olahraga lainnya. Kita harus memeranginya."
Ini adalah pengakuan resmi pertama bahwa tuduhan yang terus dilancarkan mantan anggota tim sepak bola putri nasional terkait dengan pelecehan meluas oleh pelatih pria dan orang-orang yang mempunyai kekuasaan kemungkinan memang mempunyai dasar.
Sebagian besar tuduhan itu disampaikan oleh Khalida Popal, mantan kapten tim sepak boal nasional Afghanistan yang juga pernah menjadi direktur programnya.
Dia telah mengambil risiko membahayakan dirinya sendiri saat remaja ketika bermain sepak bola secara diam-diam. Ketika itu Afghanistan masih dikuasai Taliban. Agar tidak tertangkap, dia dan teman-temannya bermain diam-diam sehingga para pengawal Taliban yang berada balik tembok sekolah tidak bisa mendengar.
Ketika berbicara kepada BBC dari Denmark, tempat Khalida tinggal sejak tahun 2011 setelah melarikan diri dari ancaman pembunuhan di Afghanistan, dia mengatakan dirinya menyaksikan langsung menyebarnya pelecehan fisik dan seksual terhadap anak dan remaja perempuan oleh para pelatih dan pejabat federasi. Perempuan-perempuan ini mengeluh karena mengalami berbagai jenis pelecehan, mulai dari pemerkosaan sampai sentuhan dan pelecehan seksual.
Dia mengatakan dirinya hampir kehilangan harapan pihak berwenang akan mengambil tindakan sejak Khalida mulai mencatat pelecehan yang dilakukan dua orang pelatih. Dia menyerahkan temuannya kepada Federasi Sepak Bola Afghanistan beberapa tahun lalu.
"Bukannya mengganti atau menghukum mereka", katanya, "mereka malahan dipromosikan."
Salah satu orang yang melakukannya, katanya, adalah sosok berkuasa di Afghanistan yang dekat dengan pemerintah. Para pejabat federasi menjanjikan kepada para pemain bahwa mereka bisa masuk ke dalam daftar pemain tim nasional dan diberi uang jika mereka mau melakukan hubungan seksual, katanya.
BBC telah berbicara dengan beberapa perempuan muda yang masih tinggal di Afghanistan - termasuk beberapa atlet cabang olahraga lainnya - mereka menceritakan kisah yang sama tentang pelecehan seksual. Mereka mengatakan pelecehan sering kali terjadi saat mereka bersaing untuk masuk menjadi anggota tim nasional atau berlatih dan bermain di luar negeri. Salah satunya mengatakan dirinya diberitahu: "Tunjukkan seberapa cantiknya Anda karena hanya perempuan cantik yang menjadi anggota tim."
Tuduhan terkait dengan tim sepak bola putri menjadi berarti karena sebelumnya hal ini dipandang sebagai simbol Afghanistan baru yang lebih liberal - untuk memperlihatkan kebebasan yang dialami anak-anak dan perempuan muda setelah jatuhnya Taliban pada tahun 2001.
Kenyataan bahwa stadion sepak bola di Kabul, tempat tim berlatih sebelumnya adalah tempat Taliban melakukan hukuman mati, semakin memperkuat jurang yang terjadi.
Ironi ini tidak terlewatkan perhatian Khalida. Ketika dia menjadi direktur program tim sepak bila, dirinya merekrut pelatih perempuan Amerika Serikat dan banyak perempuan Afghanistan dari diaspora. Perempuan Afghanistan, dia katakan, "bermimpi melakukan sesuatu untuk negaranya, mendukung saudara perempuan mereka di Afghanistan dan mengembangkan tim nasional yang kuat untuk mewakili citra positif perempuan Afghanistan."
"Tetapi malangnya para pria berusaha menghancurkan program kami."
Dia mengatakan sejak tuduhannya diterbitkan pada hari Jumat (30/11) di koran The Guardian, puluhan pria dan perempuan berterima kasih kepadanya karena telah mengungkapkannya, sebagian mengatakan mereka juga mengalami hal yang sama tetapi terlalu ketakutan untuk mengungkapkannya.
"Saya mengetahui suara saya akan mengubah banyak kehidupan," katanya kepada saya. "Saya mengetahui suara saya dapat mengubah sistem."
Tambahan laporan dari Seksi Afghanistan BBC.
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-46442171Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mimpi buruk yang dialami sepak bola putri Afghanistan - BBC Indonesia"
Post a Comment