TEMPO.CO, Rakhine – Ketegangan meningkat di sejumlah wilayah di negara bagian Rakhine, Myanmar, pasca serangan berantai yang dilakukan kelompok Arakan Army terhadap sejumlah pos aparat keamanan pada Jumat, 4 Januari 2019.
Baca:
Pemerintahan Aung San Suu Kyi Minta Militer Serang Arakan Army
Tuntut Merdeka, Pemberontak Arakan Army Bunuh 13 Polisi Myanmar
Pasca serangan yang menewaskan 13 orang polisi itu, militer Myanmar melakukan razia mencari pasukan Arakan Army di Kota Buthidaung, Rakhine.
Operasi militer, yang berlangsung sejak Desember 2018, ini telah memicu ribuan warga Rakhine, yang mayoritas beragama Budha, melarikan diri dari desa tempat tinggalnya untuk menghindari bentrokan senjata. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB melansir ada sekitar 4.500 warga yang mengungsi akibat operasi militer ini.
Baca:
Salah satu pengungsi, U Bee Si Hta, yang menjadi pengungsi bersama ratusan orang lainnya di kamp penampungan sementara A Htet Myat Hle di daerah Ponnagyun, mengatakan ada belasan orang pengungsi lainnya tiba pasca serangan pada Jumat pekan lalu itu.
“Orang-orang melarikan diri bukan hanya karena karena takut terkena bentrokan senjata tapi juga karena kehabisan bahan makanan,” kata U Bee seperti dilansir Myanmar Times pada Senin, 7 Januari 2019.
Seorang ibu tiga anak, Ma Khin Aye Thein, mengatakan dia melarikan diri dari desanya sebelum serangan pada Hari Kemerdekaan Myanmar kemarin. Ini karena suara letusan senjata semakin mendekati desanya dan suplai bahan makanan terputus.
Baca:
“Kami tidak bisa bekerja dan kami tidak punya akses ke makanan. Pilihan kami hanya evakuasi,” kata dia, yang mengeluhkan kurangnya toilet dan suhu udara di tempat penampungan yang bisa terasa sangat panas pada siang dan dingin pada malam.
Ribuan warga mengungsi ke berbagai wilayah di negara bagian Rakhine pasca konflik bersenjata antara pasukan Arakan Army dan militer Myanmar, yang kembali berlangsung sejak Desember 2018. Terlihat ratusan anak-anak berkumpul di Desa War Taung, Kota Kyauktaw, negara bagian Rakhine, Myanmar. EPA via Myanmar Times
“Saya ingin kembali ke desa saya secepatnya. Tapi saya tidak tahu kapan masalah ini akan berakhir,” kata Ma Khin, yang tinggal bersama sekitar 1300 orang lainnya di kamp pengungsi.
Baca:
Kondisi yang memprihatinkan ini diakui oleh panitia bantuan bagi pengungsi. “Kami butuh tambahan obat dan alat penjernih air,” kata U Tin Tun Aung, ketua komite bantuan bagi para pengungsi.
Menurut kementerian Dalam Negeri Myanmar, ada sekitar 100 pasukan Arakan Army menyerang pos polisi di Ngamyinbaw, dan seratus lainnya di daerah Kyaungtaung. Sekitar 50 orang milisi Arakan Army menyerbu pos polisi di Gokepi, dan 100 lainnya di Khahtihla.
Reuters melansir serangan dadakan pada saat Myanmar sedang merayakan Hari Kemerdekaan pada Jumat, 4 Januari 2019 itu membuat pasukan militer terkejut. Ini karena militer masih berjaga melawan milisi dari etnis minoritas Rohingya.
Menurut Myanmar Times, pemerintah menyatakan gencatan senjata sepihak untuk empat bulan di sejumlah wilayah Myanmar. Namun, ini tidak berlaku di Rakhine. Ada dugaan pemerintah tidak ingin pasukan Arakan Army bertambah kuat pengaruhnya di wilayah ini.
https://dunia.tempo.co/read/1162598/konflik-arakan-army-versus-militer-myanmar-4-500-warga-mengungsiBagikan Berita Ini
0 Response to "Konflik Arakan Army Versus Militer Myanmar, 4.500 Warga Mengungsi - Tempo.co"
Post a Comment