Search

Bukan Cuma RI, Bisnis Batu Bara Global Juga Suram di 2019 - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara di pasar global berpotensi semakin tertekan di tahun 2019. Pasalnya permintaan batu bara impor di sejumlah negara Asia yang terus berkurang.

Berdasarkan data Refinitiv, total impor batu bara yang dilakukan oleh China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan pada minggu ke-13 tahun 2019 hanya sebesar 11,8 juta ton. Padahal pada minggu sebelumnya, volume impor mencapai 16,1 juta ton.

Salah satu penyebabnya adalah peningkatan produksi batu bara domestik yang bisa memenuhi kebutuhan lebih banyak. 

Sumber: Revinitif

Dari China, pelaku industri menargetkan peningkatan produksi batu bara domestik sebesar 100 juta ton tahun ini. Hal tersebut disampaikan oleh Wang Hongqiao, Wakil Presiden Asosiasi Batu Bara Nasional China, mengutip Reuters, Selasa (9/4/2019).

Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional China, pada tahun 2018 produksi batu bara domestik menyentuh 4 miliar ton. Sedangkan tahun ini ada tambahan kapasitas produksi sebesar 194 juta ton.

Karena itulah analis memperkirakan impor batu bara thermal China akan turun pada kisaran 10-12 juta ton pada tahun 2019 karena adanya peningkatan produksi domestik. Produksi batu bara China yang akan meningkat mulai kuartal II-2019, yang membuat ketergantungan terhadap pasokan impor berkurang, menurut Rodrigo Echeverri, kepala perdagangan komoditas Noble Group, melansir Reuters.

Sementara itu, pemerintah China juga dikabarkan akan tetap membatasi impor batu bara tahun 2019, seperti yang juga dilakukannya tahun 2018.

Menurut tiga orang sumber yang mengetahui masalah tersebut, pemerintah China tahun ini hanya memperbolehkan jumlah impor bara dengan jumlah yang sama dengan tahun 2018. Keputusan tersebut dibuat oleh Dewan Negara China, mengutip Reuters.

Diketahui bahwa pada tahun 2018 China melakukan impor batu bara sebanyak 281,23 juta ton, termasuk jenis thermal, kokas, dan antrachite.

Produksi batu bara domestik yang meningkat, dipadukan dengan pembatasan impor sudah tentu akan berpengaruh terhadap keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar global. Apalagi China merupakan konsumen terbesar batu bara dunia.

Dari India juga sama. Perusahaan batu bara terbesar di dunia, Coal India Ltd, mencatatkan kenaikan produksi batu bara sebesar 2,6% YoY pada kuartal IV-2018 menjadi sebesar 155,97 juta ton.

Ini juga menjadi suatu pertanda bahwa Negeri Bollywood berpotensi mengurangi permintaan impor tahun ini.

Kala serapan batu bara yang diperdagangkan di pasar internasional (seaborne) menurun, maka sudah tentu harga yang akan menjadi korban.

Pada hari Minggu (2/4/2019), perusahaan batu bara multinasional asal Swiss, Glencore sepakat untuk memasok batu bara asal Australia kepada Tohoku Electric Power dengan harga US$ 94,75 dengan kontrak hingga Maret 2020. Harga kontrak tersebut lebih rendah 14% dibanding kontrak sebelumnya.

Hal itu menjadi bukti bahwa konsumen batu bara, yang sebagian besar adalah pembangkit listrik, semakin mudah mendapatkan pasokan. Sehingga dapat menawar harga dengan sangat rendah.

Batu bara asal Australia yang sering dijadikan acuan untuk pergerakan harga internasional sudah tentu akan mempengaruhi yang lain. Tidak terkecuali batu bara asal Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/gus)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20190410122747-17-65705/bukan-cuma-ri-bisnis-batu-bara-global-juga-suram-di-2019

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bukan Cuma RI, Bisnis Batu Bara Global Juga Suram di 2019 - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.