Search

Jokowi Effect Akhirnya 'Bertuah' di Pasar Obligasi - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada akhir perdagangan pekan ini, Kamis (18/4/2019), setelah libur hari Pemilihan Presiden dan calon legislatif Rabu kemarin.

Hasil hitung cepat atau quick count menunjukkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Amin unggul sementara atas pesaingnya Prabowo-Sandiaga. Sentimen ini di pasar dikenal dengan istilah Jokowi Effect.


Jokowi Effect pernah melanda dan berimplikasi positif pada pasar saham pada Pemilu 2014, ketika pengusaha mebel tersebut memenangi kontestasi pertama dan unggul dari (lagi-lagi) Prabowo Subianto.


Meskipun positif di pasar saham kala itu, Jokowi Effect tidak mendorong penguatan pasar obligasi pascahari pencoblosan pada Pemilu 2014 itu.

Namun pada Pilpres 2019 ini berbeda.

Pada perdagangan Kamis ini, data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

 Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 4,7 basis poin (bps) menjadi 7,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Apr'19
Seri Jatuh tempo Yield 16 Apr'19 (%) Yield 18 Apr'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 18 Apr'19
FR0077 5 tahun 7.127 7.101 -2.60 7.0815
FR0078 10 tahun 7.629 7.582 -4.70 7.5421
FR0068 15 tahun 8.048 8.002 -4.60 7.9861
FR0079 20 tahun 8.19 8.149 -4.10 8.1072
Avg movement -4.00
Sumber: Refinitiv  Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  Indeks tersebut naik 0,43 poin (0,18%) menjadi 248,38 dari posisi kemarin 247,95. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 501 bps, menyempit dari posisi kemarin 507 bps.  Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,56% dari posisi kemarin 2,55%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 3 bulan-5 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis. 
Yield US Treasury Acuan 18 Apr 2019
Seri Benchmark Yield 16 Apr'19 (%) Yield 18 Apr'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.439 2.432 3 bulan-5 tahun 6.1
UST 2020 2 Tahun 2.402 2.384 2 tahun-5 tahun 1.3
UST 2021 3 Tahun 2.375 2.351 3 tahun-5 tahun -2
UST 2023 5 Tahun 2.401 2.371 3 bulan-10 tahun -13.3
UST 2028 10 Tahun 2.593 2.565 2 tahun-10 tahun -18.1
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 952,69 triliun SBN, atau 38,51% dari total beredar Rp 2.473 triliun berdasarkan data per 16 April.  Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 59,44 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya naik 0,4% dan 0,28%. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, Rusia, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, yang menguat adalah pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury AS.   
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 16 Apr'19 (%) Yield 18 Apr'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.98 9.01 3.00
China 3.427 3.386 -4.10
Jerman 0.083 0.046 -3.70
Perancis 0.427 0.384 -4.30
Inggris 1.236 1.221 -1.50
India 7.392 7.42 2.80
Jepang -0.009 -0.023 -1.40
Malaysia 3.856 3.887 3.10
Filipina 6.114 6.114 0.00
Rusia 8.25 8.24 -1.00
Singapura 2.181 2.135 -4.60
Thailand 2.5 2.475 -2.50
Amerika Serikat 2.592 2.565 -2.70
Afrika Selatan 8.465 8.475 1.00
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/tas)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20190418191323-17-67665/jokowi-effect-akhirnya-bertuah-di-pasar-obligasi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jokowi Effect Akhirnya 'Bertuah' di Pasar Obligasi - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.