Konflik AS-Iran semakin memanas, terutama di Teluk Persia dimana Amerika Serikat telah mengirimkan armada tempurnya. Sabotase atas kapal minyak Arab Saudi yang kemudian diklaim oleh pemberontak Houthi, Yaman, membuat suasana semakin buruk. Namun di tengah semuanya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan, pihaknya tidak akan mau berunding dengan AS.
Oleh: The Washington Post/Associated Press
Berikut ini perkembangan terbaru tentang konflik di Teluk Persia di Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran dalam waktu setempat sejak hari Selasa (14/5).
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa negaranya tidak akan bernegosiasi dengan Amerika Serikat dan tidak akan ada perang antara kedua negara.
Televisi pemerintah Iran mengutip Khamenei hari Selasa (14/5), yang menyebut negosiasi dengan AS “beracun” dan mengatakan bahwa, “Ini bukan konfrontasi militer, karena tidak ada perang yang akan terjadi.”
Khamenei, yang memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara, mengatakan, “Kami maupun mereka sama-sama tidak menginginkan perang, mereka tahu bahwa itu tidak akan menguntungkan mereka.”
Komentar Ayatollah itu dilontarkan ketika ketegangan antara Amerika dan Iran terus meningkat. Pemerintahan Trump telah mengirim kapal induk USS Abraham Lincoln dan satu skuadron pengebom ke wilayah itu sebagai tanggapan atas ancaman yang tak tentu oleh Iran terhadap kepentingan Amerika.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump membantah laporan bahwa AS sedang merencanakan konflik militer dengan Iran. Trump menanggapi laporan hari Selasa (14/5) di The New York Times bahwa Gedung Putih sedang meninjau rencana militer terhadap Iran yang dapat mengakibatkan pengiriman 120.000 tentara AS ke Timur Tengah jika Iran menyerang pasukan Amerika atau meningkatkan pengembangan senjata nuklir.
Trump mengatakan itu adalah “berita palsu.” Dia mengatakan bahwa dia “benar-benar” bersedia untuk mengirim pasukan, tetapi dia tidak berencana untuk melakukan itu dan mudah-mudahan tidak akan harus merencanakan untuk itu. Dia mengatakan jika AS akan terlibat dalam konflik militer dengan Iran, “kami akan mengirim pasukan yang jauh lebih banyak.” Trump berbicara kepada awak media di Gedung Putih sebelum melakukan perjalanan ke Louisiana.
Kecaman Dunia Muslim atas Sabotase Minyak Saudi
Pimpinan Liga Arab telah mengutuk serangan yang diklaim oleh pemberontak Houthi Yaman terhadap pipa minyak dan infrastruktur energi lainnya di Arab Saudi.
Ahmed Aboul-Gheit mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Selasa (14/5) bahwa serangan itu adalah “ancaman serius bagi keamanan regional dan internasional serta ekonomi dunia.” Dia mengatakan bahwa Liga Arab mendukung Arab Saudi untuk “melawan ancaman teroris yang bertujuan untuk menyerang stabilisasi wilayah.”
Serangan terhadap target minyak Arab Saudi menandai insiden terbaru yang menantang keamanan Timur Tengah setelah dugaan sabotase dua kapal tanker minyak Saudi dan dua kapal lainnya di lepas pantai Uni Emirat Arab hari Minggu (12/5). Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran serta runtuhnya kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara kekuatan dunia.
Pemberontak Houthi Yaman mengatakan bahwa serangan pesawat tak berawak mereka ke Arab Saudi adalah yang terbesar sejak perang saudara di Yaman meletus tahun 2015. Yahia al-Sarei, juru bicara pasukan afiliasi Houthi, mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa tujuh pesawat nirawak terlibat dalam serangan hari Selasa (14/5) terhadap pipa minyak dan infrastruktur energi lainnya di Arab Saudi. Dia mengatakan bahwa serangan itu adalah “tanggapan yang sah atas kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Yaman.”
Mesir mengutuk serangan pesawat tak berawak yang diklaim oleh pemberontak Houthi Yaman terhadap pipa minyak dan infrastruktur energi lainnya di Arab Saudi.
Pernyataan oleh Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa Mesir mendukung Arab Saudi “untuk melawan semua upaya yang dimaksudkan untuk mendestabilisasi kerajaan” setelah serangan hari Selasa (14/5). Pernyataan itu mengatakan bahwa Mesir berkoordinasi dengan Arab Saudi untuk menghadapi “teror dan semua ancaman terhadap keamanan nasionalnya.”
Serangan terhadap target minyak Saudi menandai insiden terbaru yang menantang keamanan Timur Tengah setelah dugaan sabotase dua kapal tanker minyak Saudi dan dua kapal lainnya di lepas pantai Uni Emirat Arab hari Minggu (12/5), di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran dan runtuhnya kesepakatan nuklir Iran dengan negara-negara kekuatan dunia.
Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa serangan sabotase terhadap tanker minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab pekan ini bertujuan memicu konflik yang lebih luas di wilayah tersebut. Mohammad Javad Zarif berbicara hari Selasa (14/5) ketika mengunjungi New Delhi untuk pertemuan dengan para pejabat India. Dia mengatakan mereka membahas insiden “mencurigakan dan sabotase di wilayah” baru-baru ini. Zarif mengatakan dia “sebelumnya meramalkan kegiatan semacam ini, yang bertujuan untuk meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.”
Kantor berita resmi IRNA juga mengutip Zarif yang mengatakan bahwa dia telah mendiskusikan bahaya yang ditimbulkan oleh “garis keras dalam pemerintahan AS dan wilayah tersebut.”
Dia tidak menguraikan lebih lanjut. Zarif secara teratur telah menuduh pemerintahan Trump, Israel, dan Arab Saudi mendorong kawasan itu memasuki perang.
Spanyol Mundur Teratur
Spanyol untuk sementara menarik sebuah fregat yang merupakan bagian dari armada tempur pimpinan Amerika Serikat dari perairan dekat Teluk Persia, di mana ketegangan memuncak antara Amerika Serikat dan Iran.
Kementerian Pertahanan Spanyol mengatakan bahwa kapal fregat Méndez Núñez, dengan 215 pelaut di dalamnya, tidak akan menyeberangi Selat Hormuz ke Teluk bersama dengan armada yang dipimpin oleh kapal induk USS Abraham Lincoln. Kementerian menolak menjelaskan lebih lanjut tentang alasan perubahan mendadak itu.
Media Spanyol, mengutip sumber-sumber pemerintah, mengatakan bahwa Spanyol prihatin hal itu dapat mengarah kepada konflik yang tidak diinginkan sebagai akibat dari krisis antara Amerika Serikat dan Iran mengenai kesepakatan nuklir yang mulai runtuh dengan negara-negara kekuatan dunia.
Kapal fregat Spanyol tersebut merupakan satu-satunya kapal non-Amerika di armada, yang dijadwalkan untuk berlayar ke California akhir bulan Oktober 2019.
Menteri Pertahanan Spanyol mengatakan bahwa keputusan pemerintah untuk mengeluarkan fregat Spanyol dari armada tempur pimpinan AS yang mendekati Teluk Persia diambil karena “alasan teknis” dan tidak memiliki motif politik.
Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles mengatakan hari Selasa (14/5) bahwa keputusan tersebut “bukan merupakan ekspresi ketidaksukaan” atas penyeberangan ke Selat Hormuz dari armada yang dipimpin oleh kapal induk USS Abraham Lincoln. Armada AS sedang menuju ke Teluk Persia saat ketegangan meningkat antara Amerika dan Iran.
Robles mengatakan kepada wartawan bahwa misi Teluk tidak termasuk dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani dua tahun lalu yang menempatkan kapal fregat Méndez Núñez dalam misi pelatihan dengan armada AS. Dia mengatakan fregat tersebut akan kembali ke armada setelah operasi normal dilanjutkan, serta menolak untuk memberikan pendapat tentang kebijakan AS terhadap Iran.
Media Spanyol, mengutip sumber-sumber pemerintah, mengatakan bahwa Spanyol khawatir akan terseret ke konflik yang tidak diinginkan sebagai akibat dari krisis antara Amerika Serikat dan Iran mengenai kesepakatan nuklir yang runtuh.
Pembalasan Houthi pada Saudi
Pemberontak Houthi Yaman mengatakan bahwa serangan pesawat tak berawak mereka ke Arab Saudi bertujuan untuk mengirim pesan ke kerajaan Saudi agar “menghentikan agresi Anda” terhadap Yaman.
Juru bicara pemberontak, Mohammed Abdel-Salam, mengatakan bahwa Houthi melancarkan serangkaian serangan pesawat nirawak hari Selasa (14/5) terhadap kerajaan Saudi. Dia mengatakan kepada The Associated Press, “Ini adalah pesan ke Arab Saudi, hentikan agresi Anda. Tujuan kami adalah menanggapi kejahatan yang mereka lakukan setiap hari terhadap rakyat Yaman.”
Yaman telah dihancurkan oleh perang saudara yang brutal di mana Houthi, yang telah menduduki ibu kota Sanaa dan sebagian besar Yaman utara, memerangi pasukan pemerintah dan didukung oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
Arab Saudi mengatakan bahwa situs infrastruktur minyak milik perusahaan minyak milik negara Aramco menjadi sasaran dan setidaknya satu serangan dilakukan oleh pesawat nirawak. Pengumuman itu muncul tak lama setelah pemberontak Houthi Yaman mengklaim serangan terhadap kerajaan Saudi.
Saudi Press Agency mengutip Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih yang mengatakan bahwa antara pukul 6-6.30 pagi hari Selasa (14/5), stasiun pompa minyak yang memasok pipa timur-barat antara Provinsi Timur ke Pelabuhan Yanbu di Laut Merah ditargetkan oleh pesawat nirawak. Dia mengatakan bahwa kebakaran terjadi di sebuah stasiun di sepanjang pipa dan kemudian padam. Aramco telah menghentikan sementara pemompaan minyak bumi melalui pipa hingga inspeksi kerusakan selesai dilakukan.
Badan keamanan kerajaan Saudi juga mengatakan bahwa dua situs infrastruktur minyak di wilayah yang lebih besar di Riyadh, ibu kota yang terkurung daratan, ditargetkan pada saat yang sama. Pernyataan itu menggambarkannya sebagai “penargetan terbatas” terhadap stasiun minyak di kawasan al-Duadmi dan Afif di wilayah Riyadh.
Foto-foto satelit baru yang diperoleh The Associated Press menunjukkan kapal-kapal tanker minyak yang diduga pejabat Teluk sebagai target “sabotase” di lepas pantai Uni Emirat Arab. Foto-foto tersebut, yang disediakan hari Selasa (14/5) oleh Maxar Technologies yang berbasis di Colorado, Amerika Serikat, menunjukkan kapal-kapal tanker minyak, dua dari Arab Saudi, satu kapal Norwegia, dan lainnya milik Uni Emirat Arab.
Sebuah ledakan di sekitar kapal tanker minyak Uni Emirat Arab, yang dikhawatirkan para pejabat menimbulkan kebocoran minyak dari kapal. Sebaliknya, kapal tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan besar. Kapal Norwegia menderita lubang tepat di atas lambung dalam insiden tersebut.
Seorang pejabat Amerika Serikat, yang berbicara kepada AP dengan syarat anonim untuk membahas penyelidikan yang sedang berlangsung, mengatakan bahwa semua kapal mengalami kerusakan serupa.
Ditulis oleh Lolita C. Baldor in Washington.
Keterangan foto utama: Seorang anggota staf melepas bendera Iran dari panggung, setelah foto grup dengan para menteri luar negeri dan perwakilan dari AS, Iran, China, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis, dan Uni Eropa, selama perundingan nuklir Iran di Vienna International Center di Wina, Austria, pada 14 Juli 2015. (Foto: Reuters/Carlos Barria)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Konflik AS Iran Makin Genting, Ali Khamenei Tegaskan Tak Akan Mau Berunding - Mata Mata Politik"
Post a Comment