radarlampung.co.id – Jejak peninggalan Belanda masih tersimpan di Masjid Jami’ Al-Anwar Telukbetung Selatan (TbS). Sebuah Meriam berearna hitam masih berada di halaman Masjid terrua di Provinsi Lampung dengan sejarah yang terukir di dalamnya.
Ahmad Efendi pengurus atau takmir Masjid Jami’ Al-Anwar menjelaskan, Meriam Belanda yang sampai saat ini masih terpasang di halaman masjid merupakan tanda buka puasa pada saat itu. Letupan meriam dapat sejauh sekitar 3 Km.
“Jadi, dulu memakai meriam ini sebagai tanda sudah buka puasa. Bisa sampai 3 km jauhnya (suaranya terdengar, red). Kalau sekarang, sudah memakai sirine. Meriam itu juga merupakan pemberian Belanda saat itu,” ujar Ujang, sapaan akrabnya saat ditemui di Masjid setempat, Sabtu (11/5).
Ia menceritakan, Masjid Jami’ Al-Anwar pertama kali dibangun pada tahun 1839 oleh empat orang yang berasal dari Bugis, yakni H. Muhammad Saleh, Sulaiman, Muhammad Ali serta Daeng Sawiji.
Keempat tokoh agama tersebut merantau ke daerah Telukbetung, yang saat itu terdapat pelabuhan besar. Kemudian, pada zaman Pemerintahan Belanda, pelabuhan tersebut tidak terlalu aman karena banyak perompak, sehingga keempatnya dimintai tolong untuk mengamankan pelabuhan tersebut.
“Karena mereka merupakan ahli agama, dibuatkan surau untuk beribadah. Saat itu, tiangnya masih bambu dan atapnya rumbia pada jaman dulu. Mereka kan tinggal di sini, kemudian Pemerintah Belanda memberikan izin untuk membuat masjid, jadi di sini pusat aktifitas orang islam ada disini,” tambahnya.
Pada saat meletusnya gunung Krakatau tahun 1883, Masjid Jami’ Al-Anwar sempat rata dengan tanah, karena mengalami banjir bandang. Saat itu, masih terdapat warga yang bermukim dan masih hidup, yakni Abdul Ghofar Ismailu. Dan pada tahun 1888, dibangun kembali Masjid yang dulunya bernama An-Nur.
“Usai bencana meletusnya Gunung Krakatau, semuanya rata dengan tanah. Waktu itu ada yang masih hidup, Abdul Ghofar Ismailu, dan mempunyai inisiatif untuk kembali membangun masjid tahun 1888, dan beliau menjadi lurah pertama di Telukbetung ini,” jelasnya.
Masjid Jami’ Al-Anwar juga memiliki sumber mata air di dalam sumur yang tidak pernah kering, meskipun kemarau panjang. Sumur tersebut juga sebagai sumber air untuk berwudhu para jamaah.
“Ada sumur, dalamnya sekitar 3 meter. Sumurnya, Alhamdulillah tidak pernah kering meskipun kemarau panjang. Itu sumber air untuk berwudhu. Masjid ini mempunyai luas sekitar 30×30 meter, dengan luas tanah sekitar 5000 meter persegi. Kita mengharapkan, kedepannya, kita bisa memnambah sarana prasarana masjid, agar jamaah nyaman juga untuk beribadah di sini,” pungkasnya. (rur/kyd)
https://radarlampung.co.id/2019/05/11/letupan-meriam-masjid-jami-al-anwar-pertanda-buka-puasa/Bagikan Berita Ini
0 Response to "Letupan Meriam Masjid Jami' Al-Anwar Pertanda Buka Puasa - radarlampung"
Post a Comment