Search

Banyak Calon Wali Murid Bingung PPDB dengan Sistem Zonasi di Bali - detikNews

Denpasar - Antrean panjang para orang tua yang ingin mengambil nomor token Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) terlihat di SMPN 10 Denpasar, Bali. Beberapa orang tua rupanya masih bingung dengan sistem pendaftaran sesuai zonasi.

Pantauan di SMPN 10 Kota Denpasar, Jl Gatot Subroto, Denpasar, Bali, Senin (17/6/2019) hingga pukul 11.00 Wita masih terlihat antrean dari orang tua. Antrean di SMPN 10 dibagi dari antrean pengambilan nomor urut pendaftaran, antrean verifikasi formulir, dan antrean pengambilan nomor token atau nomor registrasi online.

Banyak Calon Wali Murid Bingung PPDB dengan Sistem Zonasi di BaliFoto: Suasana antrean Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMPN 10 Denpasar, Bali (Dita-detikcom).
Salah satu orang tua siswa Mira Asta (44) mengaku sudah mendatangi dua sekolah untuk mendapatkan nomor token. Sesuai zonasi, anaknya bisa memilih sekolah di SMPN 1, SMP 5, atau SMPN 10.
"Dua sekolah dari jam 7 mengantre di SMPN 10, saya lari ke SMPN 5 sudah dapat nomornya. Saya menunggu di SMPN 5 dari jam 7 pagi sampai 10.30 Wita, terus ke sini (SMPN 10) masih antre. Kalau dulu kan pakai NEM, ini rata-rata kan nilai lulusan SD tinggi jadi banyak yang kecewa karena sudah capek belajar ternyata NEM-nya tidak kepakai," kata Mira.

"Sekarang kita galau dapat sekolah nggak, karena bersaingnya bukan cuma dengan siswa berprestasi tapi juga dari sistem zonasi," sambung ibu dari Harsharani Zahra Wikannanda itu.

Banyak Calon Wali Murid Bingung PPDB dengan Sistem Zonasi di BaliFoto: Suasana antrean Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMPN 10 Denpasar, Bali (Dita-detikcom).
Mira mengeluhkan sistem antrean yang semrawut. Dia juga kesal karena harus mengantre lama tapi tidak langsung mendapatkan nomor token.

"Pihak sekolah nggak siap, kalau di SMPN 10 rapi memang tapi di SMPN 5 nggak, antreannya serampangan, nggak rapi. Pihak sekolah tak menyiapkan nomor antrean, begitu masuk dipanggil satu-satu tak urut absen, nggak fair," keluh Mira.


Hal senada juga disampaikan Putu Agus Sastrawan. Dia mengaku bingung dengan sistem zonasi dan mengeluhkan ketidakjelasan informasi.

"Harapannya masuk di kawasan ini (SMPN 10), kemarin saya tanya di sekolah dia sosialisasi hanya umum. Ini pengalaman pertama mendaftarkan anak sekolah, dan sistem baru jadi bingung, sosialisasi nggak jelas. Pertama kali dia menyosialisasikan secara umum saja, kalau detail kita disuruh ke sekolah yang dituju, percuma kalau dari sekolah asal dia nggak tahu detailnya," sesal Agus.

Warga yang tinggal di Perumahan Green Kori, Ubung, Denpasar Utara ini bisa mendaftarkan anaknya ke SMPN 1, SMPN 5 atau SMPN 10. Dari segi jarak ketiga SMP itulah yang terdekat dari rumahnya meskipun rata-rata jaraknya lebih dari 2 km.

"Saya di luar kawasan, tapi masuk ke zonasi SMPN 1, SMPN 5 dan SMPN 10. Tadi saya juga tanya apakah saya perlu tiga token atau hanya satu, katanya hanya perlu satu token saja untuk tiga sekolah. Bersaingnya cukup ketat, tadi saya antre dari jam 08.00 Wita dapat nomor 800, hari ini dibatasi sampai 300 nomor token saja, saya juga bilang kalau gitu waktu 3 hari nggak cukup orang terakhir tadi sampai ribuan besok mana masih terima pendaftaran lagi, tapi katanya nanti di hari terakhir akan dilayani sampai malam, katanya pasti dapat token," cerita ayah dari Putu Anandika Sasmaputra itu.


Dia juga menyesalkan masih banyak informasi simpang siur yang dia dapatkan ketika hari pertama pendaftaran. Tak hanya itu sekolah juga dinilainya tidak siap melayani para orang tua yang mendaftar.

"Masukan ke depan mungkin lebih baik disosialisasikan lebih awal dari jauh-jauh hari, ini kemarin baru disosialisasikan minggu lalu. Sosialisasi untuk zoning terlalu mepet waktunya mestinya agak jauh-jauh biar kita bisa prepare, dari sekolah saya lihat juga belum siap, amburadul, dia bikin sistem (antrean) belum bagus, ya pengalaman ini untuk tahun berikutnya," usulnya.

Banyak Calon Wali Murid Bingung PPDB dengan Sistem Zonasi di BaliFoto: Suasana antrean Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMPN 10 Denpasar, Bali (Dita-detikcom).
Sementara itu Kadis Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kota Denpasar I Wayan Gunawan juga bingung dengan munculnya isu hari ini dianggap sebagai pendaftaran. Dia juga menyebut sistem ini tak jauh berbeda dengan sistem penerimaan siswa didik baru (PPDB) tahun sebelumnya.

"Sebetulnya, kalau dibilang sulit oleh masyarakat kan bukan PPDB kali ini saja. Sebelumnya-sebelumnya juga tidak ada perbedaan dengan sebelumnya, kenapa tak beda karena tahun lalu pun siswa yang tamat jumlahnya lebih dari 13 ribu, cuma sekarang saya tak tahu siapa yang menghembuskan di lapangan artinya hari ini dianggap sebagai pendaftaran. Padahal hari ini adalah verifikasi, kemudian ada dihembuskan nanti siapa yang dapat token lebih cepat itu yang diterima padahal kenyataannya tidak seperti itu," kata Gunawan di SMPN 10.


Dia menyebut pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi. Sosialisasi itu melibatkan pihak sekolah, orang tua hingga kelurahan atau kepala desa setempat.

"Nah, saya tidak tahu pelaksanaan di lapangan tapi saya monitor yang jelas sudah katanya diinformasikan kepada seluruh masyarakat yang memiliki anak-anak yang tamat kelas 6, tetapi rupanya masyarakat sampai saat ini masih merasa yang tamat itu banyak kemudian yang ditampung sekolah negeri adalah jumlahnya terbatas. Nah itulah mungkin masyarakat merasa merasa apa namanya tuh merasa lebih ingin cepat-cepat melakukan pendaftaran," jelasnya.

Untuk diketahui jumlah lulusan SD di Kota Denpasar pada tahun ini sebanyak 13.946 siswa, sedangkan untuk kursi sekolah negeri di Kota Denpasar sebanyak 3.740 siswa yang dibagi untuk 13 SMPN.
(ams/nvl)

Let's block ads! (Why?)

https://news.detik.com/berita/d-4588887/banyak-calon-wali-murid-bingung-ppdb-dengan-sistem-zonasi-di-bali

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Banyak Calon Wali Murid Bingung PPDB dengan Sistem Zonasi di Bali - detikNews"

Post a Comment

Powered by Blogger.