"Ini merupakan dokumen PBB pertama yang secara khusus membahas aspek pelatihan dan peningkatan kapasitas misi perdamaian PBB. Jadi, sebelumnya belum pernah ada. Ini khusus kita angkat untuk capacity, untuk pelatihan dan peningkatan kapasitas. Ini yang kita lakukan terkait dengan 'Investing in Peace' tadi," papar Direktur Jenderal Multilateral Kemlu, Febrian Alphyanto Ruddyard di Kantin Diplomasi, Kompleks Kemlu, Jalan Pejambon, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
Dia mengatakan presidential statement merupakan dokumen resmi yang berisi pernyataan dari presiden DK PBB yang mewakili seluruh anggota DK yang diadopsi pada pertemuan formal. Presidential statement terkait misi pemeliharaan perdamaian PBB ini dihasilkan melalui pertemuan debat terbuka (open debate) yang dipimpin oleh Menlu Retno Marsudi pada Selasa (7/5).
Metode ini dipilih oleh Indonesia demi menjembatani negara-negara anggota DK PBB yang memiliki kepentingan berbeda supaya duduk bersama dan berdiskusi mengenai isu-isu tertentu. Melalui pertemuan informal, diharapkan para perwakilan mampu berkomunikasi lebih luwes.
"Kita membawa setting yang formal ke informal. Jadi orang tidak keberatan dengan 'topi'-nya. Kalau masih pakai topi, tidak akan keluar inovasi, tidak akan keluar jalan. Kita bicara dulu, kita petain. Apa yang bisa sama, apa yang tidak bisa sama," kata Febrian.
Febrian juga menjelaskan inovasi Indonesia melalui metode kerja 'Sofa Talk' merupakan upaya berkontribusi nyata dengan mewarisi sesuatu. Dia mengatakan kepemimpinan Indonesia ingin menguatkan metode yang ada di DK PBB.
"Jadi, presidensi kita ini hendaknya tidak hanya sekadar berjalan tanpa ada catatan, tanpa ada sesuatu yang bisa menambah, meng-empower working method DK yang selama ini memang sudah susah," jelasnya.
Pencapaian ini, kata Febrian menunjukan kepemimpinan Indonesia di dunia internasional. Ini pula yang disebutnya membedakan Indonesia dengan negara-negara anggota DK PBB lain yang sama-sama berkesempatan menduduki kursi pimpinan DK PBB.
"Kalau semua dapat kesempatan, itu sebenarnya kan berarti sudah tidak ada lagi kompetisi karena sudah ada. tapi sekarang kompetisinya adalah seberapa jauh bar yang kita set dalam leadership kita dibandingkan dengan negara-negara lain," tutur Febrian.
(haf/haf)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Masa Presidensi Indonesia di DK PBB Usai, Ini Dokumen yang Dihasilkan - detikNews"
Post a Comment