Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan tidak semua bahan baku dan barang modal untuk pembangunan infrastruktur tersedia di dalam negeri. Kenaikan impor tersebut pun, menurut dia, menunjukkan geliat ekonomi dalam negeri meningkat.
"Impor untuk bahan baku (naik), jadi produksi meningkat. Investasi meningkat di infrastruktur, jadi impornya sehat," ucap Perry, Kamis (26/7).
Namun, ia menyadari jika peningkatan impor bahan baku juga mempengaruhi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
Pada kuartal I 2018, defisit transaksi berjalan Indonesia melambung hingga US$5,5 miliar dari posisi sebelumnya yang hanya US$2,4 miliar. BI bahkan memproyeksi defisit transaksi berjalan mencapai di atas US$25 miliar, naik 44,51 persen dari tahun lalu sebesar US$17,3 miliar.
"Kenapa defisit naik? karena impor-impor produktif naik. Tapi ini masih batas aman. Dengan US$25 miliar itu masih batas-batas aman," tegas Perry.
Data BPS menunjukkan impor bahan baku/penolong pada semester pertama tahun ini naik 21,54 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi US$66,49 miliar. Sedangkan barang modal, naik 31,84 persen menjadi US$14,37 miliar.
Kedua kelompok impor tersebut mengambil kontribusi terbesar di bawah impor konsumsi tercatat sebesar US$8,18 miliar atau tumbuh 21,64 persen.
Di sisi lain, Presiden Joko Widodo justru berniat untuk menunda pembangunan sejumlah proyek infrastruktur demi menekan impor ke depannya.
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika menyebut pembangunan infrastruktur berkontribusi terhadap kenaikan impor yang akhirnya juga menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Proyek infrastruktur yang besar-besar dan tidak mendesak akan ditunda untuk mengerem impor," kata Erani. (agi)
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180726154930-92-317216/bi-klaim-impor-untuk-infrastruktur-sehatBagikan Berita Ini
0 Response to "BI Klaim Impor untuk Infrastruktur Sehat"
Post a Comment