Bukan cuma menang, seluruh kursi di parlemen Kamboja yang berjumlah 125 kursi berhasil disapu bersih gerombolan penguasa yaitu Partai Rakyat Kamboja (CCP).
Kemenangan tersebut membuat Amerika Serikat (AS) bereaksi. Negara yang sempat dituduh pemerintahan Hun Sen berniat menggulingkan rezimnya itu menyatakan tak menerima hasil tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, hasil pemilu Minggu (29/7) gagal mewakili aspirasi mayoritas warga Kamboja. Pasalnya pemilu kali ini hanya diikutip CPP dan partai-partai kecil, sementara oposisi utama, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) dibubarkan tahun lalu.
"Pemilu ini cacat, mereka mengecualikan partai oposisi utama di negara itu, ini adalah kemunduran besar atas sistem demokrasi yang ada di konstitusi Kamboja," jelas Sanders seperti dikutip Reuters, Senin (30/7).
"AS akan mempertimbangkan langkah-langkah tambahan untuk merespons pemilu dan tindakan lain yang membuat kemunduran demokrasi dan HAM Kamboja, termasuk perluasan pembatasan visa (bagi beberapa pejabat Kamboja) yang sudah kami umumkan pada 6 Desember 2017 lalu," sambung dia.
Kegeraman AS dibalas Kamboja dengan kemarahan. Juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan menyatakan, pernyataan Gedung Putih adalah upaya mengintimidasi negaranya.
"Ini tindakan melawan rakyat Kamboja yang ingin menentukan nasibnya sendiri," kata Phay.
"Saya percaya pemilu parlemen Kamboja adalah persoalan pribadi bagi Kamboja," sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang.
"Kami harap komunitas internasional dapat memberikan bantuan konstruktif bagi Kamboja agar negara itu tetap stabil dan mencapai pembangunan," kata Geng lagi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hasil Pemilu Kamboja Dicerca AS, Dipuji China"
Post a Comment