Hal ini khususnya dalam proses tender pengadaan obat ARV jenis Tenofovir, Lamivudine dan Efavirenz (TLE) bagi penyakit HIV dan AIDS yang rencananya akan dilakukan oleh Kemenkes dalam waktu dekat ini.
Saat ini, kata Direktur Eksekutif LSM IAC, Aditya Wardhan, ada dua perusahaan farmasi yang mengantongi ijin edar obat ARV sediaan tiga kombinasi tetap Tenofovir, Lamivudine dan Efavirenz (TLE). Yaitu PT Kimia Farma dan PT Indoforma. Produk dari PT Indofarma baru saja tercatat mendapatkan ijin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada tanggal 16 Juli 2018 dengan nama dagang Telura dengan pemilik produknya adalah PT Mylan India. Produk ini akan melengkapi produk ARV jenis TLE yang sebelumnya ijin edarnya hanya dimiliki oleh PT Kimia Farma. Kedua produk yang beredar ini, sama-sama produksi dari perusahaan farmasi di India.
”Kami sangat mengapresiasi keluarnya ijin edar obat ARV jenis TLE ini lantaran akan menciptakan kompetisi sehingga harapannya harga obat ARV akan turun. Selama ini, harga obat ARV jenis TLE yang dibeli pemerintah Indonesia sangat mahal. Ini adalah harga beli obat ARV yang tertinggi di dunia,” ujarnya dalam rilisnya yang diterima Gatra.com (4/8/2018).
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh LSM IAC, harga beli pemerintah untuk obat ARV jenis TLE ini tercatat di tahun 2016 mencapai harga 385 ribu per botol. Sementara, berdasarkan dokumen resmi dari agen pengadaan internasional, harga obat ini di pasaran Internasional sendiri hanya berkisar sekitar US$ 8 – 9 per botol (+- RP 115.000 / botol). Artinya ada selisih sekitar Rp 270.000 per botol keuntungan yang masuk ke perusahaan BUMN farmasi selama ini.
Pada 2016, pengadaan yang dilakukan oleh Kemenkes mencapai lebih dari 1 juta botol sehingga total pengehematan yang semestinya bisa didapat oleh pemerintah Indonesia mencapai Rp270 milyar per tahun.
Berdasarkan perhitungan dari LSM IAC, mengacu pada informasi yang didapatkan dari perusahaan farmasi India, harga jual obat ARV jenis TLE tersebut kepada perusahaan farmasi Indonesia adalah sekitar Rp115.000 (franco Jakarta). LSM IAC sendiri merasa bahwa nilai keekonomian yang layak dari penjualan obat ini ada di harga sekitar Rp160.000/botol. Obat ini kemudian dijual dengan harga Rp385.000 per botol oleh perusahaan farmasi Indonesia kepada pemerintah.
“Kami sangat menyesalkan kenapa pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, tidak serius dalam melakukan negosiasi harga ini. Karena harga yang kemarin dibayarkan sangat tinggi. Selisih harga ini seharusnya bisa digunkan untuk mengobati pasien 60.000 lebih banyak daripada yang seharusnya. Ada potensi ratusan milyard uang negara yang bisa dihemat jika pemerintah lebih efisien dalam melakukan pengadaan”, kata Aditya Wardhana.
Aditya menambahkan bahwa semestinya Kimia Farma dan Indofarma sebagai sebuah BUMN, juga mengemban misi sosial mendukung program pemerintah bukan hanya sebatas memikirkan mencari keuntungan bagi perusahaannya sendiri.
Persoalan HIV dan AIDS masih menjadi isu kesehatan publik yang sangat serius di Indonesia. Bila dibanyak negara lain, kasus HIV mulai menunjukkan angka penurunan jumlah kasus penularan, namun Indonesia masih mencatat kenaikan. Penurunan angka penularan HIV ini dikarenakan negara lain mampu menyediakan akses pengobatan ARV kepada mayoritas ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS), sehingga mereka bisa hidup lebih sehat dan tidak menularkan HIV kepada orang lain.
Sementara itu, dengan tingginya harga obat ARV yang dibeli pemerintah Indonesia, sampai saat ini tercatat baru mampu memberikan pengobatan kepada kurang lebih 100.000 ODHA dari estimasi 650.000 ODHA yang ada di Indonesia. Dari 100 an ribu ODHA yang mengkonsumsi obat ARV tadi, ada sekitar 48 ribu ODHA yang mengonsumsi ARV jenis TLE ini.
LSM IAC sangat berharap kali ini pemerintah bersikap serius dalam menangani proses pengadaan obat ARV jenis TLE, karena akan sangat menghemat uang negara. Penghematan ini juga akan bisa menambah jumlah cakupan pemberian obat ARV dan juga bisa digunakan guna mendanai program penanggulangan AIDS lainnya.
Editor: Aries Kelana
Kalo berita nya ga lengkap atau terpotong buka link disamping buat baca berita lengkap nya https://www.gatra.com/rubrik/kesehatan/336234-Pemerintah-Diminta-Transparan-Dalam-Pengadaan-Obat-HIV/AIDSBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah Diminta Transparan Dalam Pengadaan Obat HIV/AIDS"
Post a Comment