Search

Sepenggal Kisah Suku Tatar Krimea, Tersisih Akibat Konflik di Ukraina

Liputan6.com, Jakarta - Krisis yang terjadi di timur Ukraina sejak 2014 masih berlanjut hingga saat ini. Meski sempat mereda dan sejumlah upaya dikerahkan untuk mendinginkan suasana pada 2015, namun konflik kembali memanas.

Perang saudara di wilayah tersebut telah berlangsung sejak 7 April 2014. Terlebih saat Semenanjung Krimea dianeksasi Rusia. Pertempuran sengit berlanjut hingga Perjanjian Minsk dicapai pada 12 Februari 2015.

Situasi sempat membaik setelahnya, namun aksi saling serang muncul lagi sampai saat ini. Sebagian masyarakat internasional (kecuali Zimbabwe, Venezuela, Suriah, Nikaragua, Sudan, Belarus, Armenia, Korea Utara dan Bolivia) tidak mengakui aneksasi itu dan mempertimbangkan Semenanjung Krimea tetap merupakan bagian dari Ukraina.

Menurut perkiraan PBB, jumlah korban perang di timur Ukraina tak kurang dari 9.800 jiwa. Angka ini termasuk para tentara dan warga sipil, serta 298 orang yang tewas dalam kecelakaan pesawat Boeing-777 milik Malaysia Airlines yang jatuh di wilayah Donetsk pada 17 Juli 2014 lalu.

Mantan Ketua Mejlis Orang-Orang Tatar Krimea, Mustafa Abduldzhemil Dzhemilev, menuturkan bahwa sudah empat tahun Krima diduduki oleh Rusia dan pihak yang menjadi korban adalah suku Tatar Krimea --kelompok etnis Turki yang awalnya tinggal di Krimea.

Sebagai imbas dari pertempuran besar itu, hanya tersisa sedikit dari suku bangsa ini yang masih bisa tinggal di semenanjung tersebut.

"Tatar Krimea adalah warga pribumi Krimea. Dulu pernah berstatus sebagai warga negara Krimea, tapi setelah diduduki Rusia pada 1783, mereka akhirnya dihilangkan. Kini sisa 19 persen dari total populasi," ucapnya saat memberikan keterangan pers di Kedutaan Besar Ukraina, Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Saat ini, lebih dari 240.000 jiwa suku Tatar Krimea tinggal di Krimea dan sekitar 150.000 tinggal di pengasingan di Asia Tengah, terutama di Uzbekistan.

Suku Tatar Krimea melakukan diaspora setelah Krimea "dicaplok" Rusia pada 1783. Setelah itu, suku ini terpaksa berhijrah dalam serangkaian gelombang antara tahun 1783-1917. Diaspora itu sebagian besar merupakan hasil dari penghancuran kehidupan sosial dan ekonomi sebagai konsekuensi dari kebijakan penjajahan Rusia.

Pada tahun 1944, di tengah-tengah Perang Dunia II, pemerintah Uni Soviet medeportasi semua Tatar Krimea ke Asia Tengah. Populasi ini lebih dianggap sebagai komunitas yang diasingkan daripada diaspora.

"Saat Uni Soviet datang, semuanya menjadi lebih kacau. Banyak yang dideportasi dari Krimea pada 1944, dan Rusia membawa banyak warganya ke Krimea," imbuh Mustafa.

Ia mengisahkan bahwa beberapa di antaranya bahkan sampai harus merasakan dinginnya jeruji besi, hanya karena ingin kembali ke Tanah Air mereka, termasuk Mustafa sendiri.

"Kami kehilangan hampir 40 persen warga. Setelah dideportasi, warga kami berusaha kembali ke Krimea. Banyak yang dipenjara karena ingin balik ke Krimea. Saya dipenjara 15 tahun kala itu," kenangnya.

Selain tinggal di Krimea, suku Tatar juga melakukan diaspora besar ke negara Turki, Rumania, Bulgaria, Uzbekistan, Eropa Barat, Timur Tengah dan Amerika Utara. Terdapat pula komunitas kecil di Finlandia, Lithuania, Rusia, Belarus dan Polandia.

"Tidak semua balik ke Krimea, banyak yang masih di Uzbekistan, Tajikistan, dan lain-lain. Tatar Krimea balik saat Ukraina menyatakan kemerdekaan," pungkasnya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tim penyelidik internasional mempublikasikan foto komponen rudal Buk yang ditemukan di lokasi kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina Timur.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/global/read/3618875/sepenggal-kisah-suku-tatar-krimea-tersisih-akibat-konflik-di-ukraina

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sepenggal Kisah Suku Tatar Krimea, Tersisih Akibat Konflik di Ukraina"

Post a Comment

Powered by Blogger.