Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia akan segera melakukan perjalanan ke negara-negara Arab, selama konferensi pers dengan pemimpin Chad yang sedang berkunjung, Idriss Déby, pada hari Minggu (25/11). Netanyahu kini sedang berusaha menormalkan hubungan negaranya dengan Bahrain. Hal ini didorong oleh keprihatinan mereka bersama atas Iran.
Baca Juga: Bukan Rahasia Lagi: Israel Dekati Negara-Negara Teluk Arab
Oleh: Times of Israel
Israel sedang berusaha untuk menormalkan hubungannya dengan Bahrain, di tengah upaya pemerintah dalam membangun hubungan yang lebih terbuka dengan dunia Arab di mana terjadi pergeseran aliansi di Timur Tengah yang didorong oleh keprihatinan bersama atas Iran, situs berita berbahasa Ibrani melaporkan Minggu malam (25/11).
Laporan itu, yang bersumber dari pejabat senior yang tidak disebutkan namanya, tidak merinci upaya Israel untuk berhubungan lebih dekat dengan pemerintah Bahrain, tetapi muncul beberapa jam setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia akan segera melakukan perjalanan ke negara-negara Arab, selama konferensi pers dengan pemimpin Chad yang sedang berkunjung, Idriss Déby, pada hari Minggu (25/11).
Kunjungan bersejarah Déby adalah bagian dari kampanye untuk meletakkan pondasi normalisasi hubungan dengan negara-negara mayoritas Muslim seperti Sudan, Mali dan Niger, menurut laporan di berita Channel 10 Israel, Minggu (25/11).
Berita tentang Israel yang secara aktif sedang berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Bahrain terjadi ketika Pangeran Mahkota Saudi Mohammad Bin Salman mengunjungi kerajaan pulau itu. Pangeran tersebut, yang berusaha untuk merehabilitasi citranya di Barat setelah pembunuhan penulis Jamal Khashoggi, dipandang sebagai bagian penting dari dukungan yang didukung AS untuk negara-negara Teluk untuk membuka pintu mereka kepada Israel di tengah keprihatinan bersama atas ekspansi Iran di wilayah itu.
Pada bulan Mei, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa menulis di Twitter bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri terhadap Iran.
Oman, yang sering memainkan peran sebagai mediator regional, menyambut Netanyahu dalam kunjungan mengejutkan bulan lalu, suatu tanda nyata dari kemajuan Israel dalam meningkatkan hubungan dengan negara-negara Teluk.
Pada konferensi keamanan di Bahrain setelah kunjungan itu, menteri luar negeri Oman juga mengutarakan kata-kata dukungan yang belum pernah diutarakan pada negara Yahudi itu.
“Israel adalah salah satu negara di wilayah ini, dan kita semua memahami ini. Dunia juga menyadari fakta ini dan mungkin sudah saatnya bagi Israel untuk diperlakukan sama dan juga menanggung kewajiban yang sama,” kata Yussef bin Alawi bin Abdullah, menurut Reuters.
Selama konferensi pers dengan Déby pada hari Minggu (25/11), Netanyahu mengatakan bahwa “akan ada lebih banyak kunjungan semacam itu di negara-negara Arab,” tanpa memberikan rincian.
Perdana menteri Israel telah bertahun-tahun berbicara tentang hubungan antara Israel dan dunia Arab, dengan tidak hanya menyebut Iran sebagai musuh bersama tetapi juga banyak negara yang tertarik untuk bekerja sama dengan Israel dalam masalah keamanan dan pertahanan, serta industri teknologi canggih Israel yang semakin meningkat.
Upaya untuk menjalin hubungan dengan Sudan muncul ketika pemerintah Sudan telah berusaha untuk mendekati negara-negara Teluk Sunni setelah bertahun-tahun menjadi sekutu Iran.
Pada awal 2017, Sudan bergabung dengan Sunni Bahrain dan Arab Saudi dalam memutuskan hubungannya dengan Republik Islam Iran.
Presiden Sudan Omar al-Bashir bersiap untuk memberikan suaranya di pemilihan presiden dan legislatif di Khartoum, Sudan, 13 April 2015. (Foto: AP/Mosa’ab Elshamy)
Baca Juga: Netanyahu vs Liberman: Persilihan yang Bisa Gulingkan Pemerintahan Israel
Pada saat itu, negara itu juga membuat tawaran terhadap Israel. Menteri Luar Negeri Israel Ibrahim Ghandour mengatakan dalam sebuah wawancara tahun 2016 bahwa Sudan terbuka untuk gagasan normalisasi hubungan dengan Israel dengan imbalan pencabutan sanksi AS terhadap Sudan. Menurut laporan media berbahasa Ibrani pada saat itu, para diplomat Israel mencoba untuk menggalang dukungan dari masyarakat internasional untuk Sudan setelah memutuskan hubungan dengan Teheran.
Di masa lalu, Sudan diduga berfungsi sebagai tempat pengiriman senjata Iran untuk kelompok teroris Hamas di Gaza. Israel dilaporkan telah mencegat dan menghancurkan transfer senjata dari Sudan menuju Gaza tersebut.
Pada tahun 2009, Pengadilan Pidana Internasional juga mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar al-Bashir atas genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap kemanusiaan, terkait dengan konflik berdarah di wilayah barat Darfur.
Namun, karena Sudan telah memutuskan hubungan dengan Iran, Sudan tidak lagi dianggap sebagai ancaman oleh Israel, tetapi lebih sebagai sekutu potensial.
Era Baru
Sebelumnya pada hari Minggu (25/11), Déby, presiden pertama Chad yang mengunjungi Israel dan menjanjikan era baru pada hubungan kedua negara itu ketika bertemu Netanyahu, 46 tahun setelah hubungan mereka terputus.
Dalam sambutannya kepada wartawan setelah pertemuan tertutup mereka, Déby berbicara tentang komitmen kedua negara untuk era baru kerjasama dengan “prospek pembangunan kembali hubungan diplomatik.”
Déby mengatakan dia “senang” dia menerima undangan resmi Israel. “Kami datang ke sini memang berniat untuk memperbaharui hubungan diplomatik. Negara Anda adalah negara yang penting. Negara Anda, seperti Chad, berupaya memerangi terorisme.”
Chad, sebuah negara mayoritas Muslim dan berbahasa Arab di Afrika Tengah, memutuskan hubungan dengan Israel pada 1972.
Meskipun kurangnya ikatan formal, baik Déby dan Netanyahu pada hari Minggu (25/11) menekankan pentingnya kerjasama keamanan antara kedua negara tersebut.
Chad juga merupakan salah satu dari beberapa negara Afrika yang terlibat dalam operasi yang didukung Barat untuk melawan Boko Haram dan jihadis Negara Islam di Afrika Barat. Awal bulan ini, AS menyumbangkan kendaraan militer dan kapal senilai $1,3 juta ke Chad sebagai bagian dari kampanye melawan militansi Islam di negara tersebut.
Di bawah Déby, pemerintah Chad telah dikecam atas meluasnya pelanggaran hak asasi manusia dan pemilihan umum yang curang. Dia mengambil alih negara yang kering dan miskin itu pada tahun 1990 dan telah memenangkan periode kelima pada bulan April 2016.
Pada hari Minggu (25/11), sumber-sumber keamanan Chad dikutip oleh Reuters mengatakan bahwa Israel telah mengirim senjata dan uang kepada Chad awal tahun ini untuk membantu negara itu dalam perjuangannya melawan kelompok-kelompok Islam. Netanyahu dalam sambutannya kepada wartawan berterima kasih kepada Déby atas kunjungannya dan memuji hubungan “berkembang” antara Israel dan negara-negara Afrika. Dia menolak pertanyaan tentang apakah kedua pemimpin tersebut membahas penjualan senjata potensial Israel ke Chad.
Netanyahu menggambarkan kunjungan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini sebagai hasil dari upaya diplomatiknya yang susah payah ia bangun, mengacu pada tiga kunjungan ke Afrika selama beberapa tahun terakhir dan perjalanan kejutannya ke Oman pada bulan Oktober.
Menurut Channel 10 Israel, dorongan diplomatik Israel di Afrika sebagian didorong oleh keinginan untuk memudahkan perjalanan udaranya ke Amerika Latin. Terbang di wilayah udara negara-negara Afrika yang secara tradisional tidak bersahabat—yaitu Chad dan Sudan—akan memungkinkan maskapai penerbangan menawarkan penerbangan lebih cepat dan lebih langsung antara Israel dan benua tersebut.
Channel 10 memperkirakan bahwa terbang langsung dari Israel ke Brasil melalui Sudan akan memotong sekitar empat jam dari perjalanan rata-rata, yang saat ini membutuhkan setidaknya 17 jam, dan membutuhkan persinggahan di Eropa atau Amerika Utara.
Secara terpisah, berita televisi Hadashot melaporkan pada hari Minggu (25/11) bahwa Netanyahu telah mendapatkan jaminan dari Oman bahwa maskapai penerbangan yang terbang ke dan dari Israel—termasuk maskapai nasional El Al—akan diizinkan untuk terbang di atas wilayah udara kerajaan. Perdana menteri menerima pesan ini selama kunjungan mendadak ke Muscat bulan lalu—kunjungan pertama seorang pemimpin Israel sejak lebih dari 20 tahun lalu, kata laporan televisi tersebut.
Keterangan foto utama: Para pemilih Bahrain antri di depan tempat pemungutan suara di kota Al-Muharraq Bahrain, sebelah utara Manama pada 24 November 2018, ketika mereka menunggu untuk memberikan suara mereka dalam pemilihan parlemen. (Foto: AFP)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Dekati Negara Teluk, Israel Coba Bangun Hubungan dengan Bahrain"
Post a Comment