Search

Market Proyeksi Kinerja Bank Hingga Pasar Modal dari OJK di 2019 12 January 2019 12:30 - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga dan pelemahan nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian perekonomian global, menjadi tantangan tersendiri bagi industri keuangan di dalam negeri sepanjang 2018.

Meski begitu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kinerja sektor keuangan Indonesia di 2018 cukup baik.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan, sepanjang 2018 lalu, perbankan masih bisa menggenjot pertumbuhan kredit hingga 12,88%. Kredit dari bank domestik tercatat tumbuh 11,73% dan kredit dari bank di luar negeri (offshore) tercatat tumbuh 35,3%.

"Pertumbuhan ini bisa katakan meningkat signifikan dibandingkan 2017 dan sesuai dengan target bank di 10%-12% kisarannya untuk 2018," kata Wimboh dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Keuangan OJK di Ritz Carlton Pacific Place, Jumat malam (11/1/2019).

Hadir dalam acara tersebut Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, Menko Perekonomian Darmin Nasution, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah, serta sejumlah direksi perusahaan sektor keuangan di dalam negeri.

Tak hanya kredit, Wimboh dalam paparannya mengatakan, kredit bermasalah perbankan (non performing loan/NPL) di 2018 juga tercatat turun. NPL net tercatat 1,14% dan NPL gross 2,37%.

Di 2018, kondisi likuiditas perbankan dinilai masih memadai. Perbankan memiliki likuiditas Rp 529 triliun. Meski LDR rata-rata sudah mencapai 93% di November 2018 lalu.

Likuiditas perbankan yang memadai ini, kata Wimboh, juga tercermin dari rasio AL/NCD bank yang angkanya 102,5%. Kemudian rasio liquidity coverage ratio (LCR) bank di 2018 yang angkanya 184,3%. Kedua rasio ini masih di atas ambang batas yang ditetapkan.

Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan per November 2018 tercatat 23,32%.

Untuk 2019 ini, OJK memprediksi kredit perbankan akan tumbuh 13% plus minus 1%, atau antara 12-14%.

OJK juga memproyeksikan NPL ada di kisaran 2,2%-3% . Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) ditargetkan meningkat di kisaran 8%-10%.

Asuransi, Multifinance, dan Pasar Modal

Dalam paparannya, Wimboh juga mengungkapkan soal kinerja industri keuangan non bank di 2018 serta outlook di 2019.

Untuk perusahaan pembiayaan (multifinance), Wimboh mengatakan, rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) di 2018 cukup rendah. Untuk NPF net berada di 0,79% dan NPF gross berada di 2,83%.

Di sektor pasar modal, sepanjang 2018 lalu tercatat ada 52 emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp 166 triliun, turun dari tahun sebelumnya yang di atas Rp 200 triliun. Sedangkan angka kelolaan dana investasi tercatat Rp 745,8 triliun.

Di tahun ini, OJK menargetkan akan ada 75-100 emiten baru yang masuk. Sementara target penghimpunan dana dari pasar modal ditargetkan Rp 200 triliun-Rp 250 triliun di tahun ini.

Untuk asuransi, Wimboh mengatakan, rasio kecukupan modal masih solid. RBC asuransi umum per November 2018 tercatat 315% dan RBC asuransi Jiwa tercatat 412%.

Tahun 2019 ini, OJK menargetkan aset asuransi jiwa akan tumbuh 10-13%. Sementara aset asuransi umum ditargetkan tumbuh 14-17% di tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]

(roy/roy)

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnbcindonesia.com/market/20190112121940-17-50337/proyeksi-kinerja-bank-hingga-pasar-modal-dari-ojk-di-2019

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Market Proyeksi Kinerja Bank Hingga Pasar Modal dari OJK di 2019 12 January 2019 12:30 - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.