
Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari tiga seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri yang paling terkoreksi ditunjukkan dengan kenaikan yield terbesar adalah seri FR0064 bertenor 10 tahun yang naik 3,7 basis poin (bps) menjadi 8,02%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri 15 tahun juga masih terkoreksi, sedangkan seri 5 tahun stagnan dan seri 30 tahun menguat tipis dengan penurunan yield 0,1 bps.
Yield Obligasi Negara Acuan 2 Jan 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 28 Dec 2018 (%) | Yield 2 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 28 Dec'18 |
FR0063 | 2023 | 7.87 | 7.87 | 0.00 | 7.732 |
FR0064 | 2028 | 7.983 | 8.02 | 3.70 | 7.949 |
FR0065 | 2035 | 8.205 | 8.222 | 1.70 | 8.1717 |
FR0075 | 2038 | 8.393 | 8.392 | -0.10 | 8.3491 |
Avg movement | 1.33 |
Tahun ini, seri acuan tersebut akan segera diganti dengan beberapa seri baru yang sudah terbit yaitu FR0077 untuk tenor 5 tahun, FR0078 untuk 10 tahun, dam FR0068 15 tahun. Seri baru FR0079 20 tahun akan diterbitkan perdana dalam lelang rutin besok.
Dalam lelang tersebut, pemerintah menargetkan dana Rp 15 triliun dari penerbitan beberapa seri acuan baru. Pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu akan memggelar dua surat perbendaharaan negara (SPN), yaitu SUN bertenor di bawah 1 rahun serta empat seri kupon tetap (fixed rate/FR).
Seri itu termasuk seri FR0077 berkupon 8,125% dan jatuh tempo 2024 dan seri FR0078 (penerbitan kembali) dengan tingkat kupon 8,25% dan jatuh tempo 2029. Kemudian, seri FR0068 berkupon 8,375% persen dan jatuh tempo 15 Mei 2034 dan seri FR0079 (penerbitan baru).
Sebelum lelang, lumrah pasar akan terkoreksi karena pelaku pasar biasanya ingin menaikkan yield di pasar sehingga dapat berpengaruh dan mendapatkan diskon yang relatif besar pada lelang. Selain itu, hari ini pelaku pasar akan memperhatikan data PMI Manufaktur Caixin di China yang baru dirilis dan di bawah prediksi.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, melebar dari posisi kemarin 520 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,76 % dari posisi kemarin 2,76%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, per akhir tahun lalu investor asing menggenggam Rp 893,36 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 28 Desember.
Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,23 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,8% pada periode yang sama. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,2% menjadi 6.180 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,7% menjadi Rp 14.475 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,02% menjadi 96,192. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami pasar Brasil, China, India, Malaysia, Thailand, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan juga dialami pasar bund Jerman, OATs Perancis, JGB Jepang, dan US Treasury.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 28 Dec 2018 (%) | Yield 2 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.27 | 9.24 | -3.00 |
China | 3.27 | 3.194 | -7.60 |
Jerman | 0.246 | 0.242 | -0.40 |
Perancis | 0.71 | 0.705 | -0.50 |
Inggris | 1.269 | 1.275 | 0.60 |
India | 7.418 | 7.409 | -0.90 |
Italia | 2.773 | 2.749 | -2.40 |
Jepang | 0.002 | -0.001 | -0.30 |
Malaysia | 4.094 | 4.085 | -0.90 |
Filipina | 7.046 | 7.046 | 0.00 |
Rusia | 8.73 | 8.73 | 0.00 |
Singapura | 2.045 | 2.045 | 0.00 |
Thailand | 2.52 | 2.47 | -5.00 |
Turki | 15.83 | 15.83 | 0.00 |
Amerika Serikat | 2.691 | 2.686 | -0.50 |
Afrika Selatan | 8.895 | 8.885 | -1.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190102133410-17-48747/pasar-obligasi-awal-2019-terkoreksi-jelang-lelang-perdanaBagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar Obligasi Awal 2019 Terkoreksi Jelang Lelang Perdana - CNBC Indonesia"
Post a Comment