Layanan ini juga disebut-sebut untuk mengimbangi kepungan layanan financial technology (Fintech) yang saat ini sudah menjamur di Indonesia. Namun, masih ada sejumlah bank yang ragu-ragu untuk beralih ke digital.
Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan bank di Indonesia sebelumnya masih melakukan wait and see atau menunggu dan mengamati bank lain. Tidak ada kata terlambat dalam penerapan teknologi, semuanya harus diikuti.
Karena jika tidak diikuti maka bukan tidak mungkin bank akan kalah saing dengan layanan keuangan berbasis teknologi "Biasanya bank itu melihat kompetitor dulu, baru berani untuk membuat aplikasi sendiri," kata Bhima saat dihubungi, Rabu (13/3/2019).
Dia menjelaskan hal tersebut dilakukan karena bank khawatir jika aplikasi yang dibuat tidak diterima dan digunakan oleh masyarakat. Memang, pembuatan aplikasi ini juga tergantung dari target nasabah bank yang bersangkutan.
Saat ini bank sedang membidik generasi milenial untuk menjadi nasabah dan menggunakan layanan keuangan bank. Selain itu bank juga harus memperhatikan sasaran, misalnya jika calon nasabah terlalu kecil kemungkinan adaptasi teknologinya akan rendah, apalagi biaya investasi di bidang IT cukup mahal.
"Sekarang bank yang relatif kecil (modal) agak terlambat masuk ke digitalisasi seperti layanan berbasis aplikasi ini," jelas Bhima.
Solusi lainnya adalah menggunakan non financial services atau layanan bank kepada nasabah untuk meningkatkan performa usahanya. Misalnya gencar melakukan training rutin dengan para ahli, selain itu juga bisa melakukan sharing pengalaman antar nasabah untuk menjalin koneksi. "Bank memang akan dituntut untuk menawarkan layanan lebih kepada nasabah," jelas dia. (kil/zlf)
https://finance.detik.com/fintech/d-4465412/bank-ramai-ramai-bikin-aplikasi-digital-untuk-saingi-fintechBagikan Berita Ini
0 Response to "Bank Ramai-ramai Bikin Aplikasi Digital, untuk Saingi Fintech? - detikNews"
Post a Comment