Jakarta: Seperti halnya dunia fesyen yang mengalami perputaran tren, hal yang sama tampaknya terjadi pada makanan. Telur pernah menjadi makanan super yang dianjurkan ahli saat sarapan, tanpa perlu khawatir akan meningkatkan kadar kolesterol.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tetapi penelitian lain justru menuding kolesterol tinggi penyebab sakit jantung berkaitan dengan asupan telur. Mengapa ilmu pengetahuan sulit menetapkan bahwa suatu makanan bisa disebut sehat?
Hal ini sebenarnya tergantung pada siapa Anda bertanya. Selain sains, media dan bahkan industri makanan memengaruhi apakah suatu makanan dapat dikategorikan sebagai makanan sehat.
Variasi menjalani kehidupan sangat memengaruhi seseorang dalam memilih dan menyiapkan makanan. Pilihan bahan makanan, cara mengolah dan cara makan dapat memengaruhi risiko kesehatan jangka panjang pada hal-hal seperti risiko penyakit jantung dan diabetes.
Hal inilah yang menyulitkan ilmuwan memelajari hubungan antara diet dan penyakit kronis.
Agar tidak menimbulkan kebingungan publik, USDA mendorong masyarakat untuk tidak terlalu banyak membaca studi individu dan tidak mengubah perilaku makan hanya berdasar satu studi.
.jpg)
(Ada penelitian nutrisi yang lebih pasti, yakni kebiasaan makan sayuran. Orang yang makan sayur lebih sehat daripada orang yang tidak suka sayur. Foto: Pexels.com)
"Kami mendorong untuk mengikuti rekomendasi utama Pedoman Diet karena berdasar bukti ilmiah dari sumber yang dapat diandalkan dari waktu ke waktu baik bagi konsumen maupun praktisi," kata Juru bicara USDA kepada WebMD.
Pensiunan Profesor nutrisi, studi makanan, dan kesehatan masyarakat di New York University Marion Nestle mengatakan sarana diet tidak banyak berubah dalam beberapa dekade.
"Makan sayuran, mengurangi garam, gula, dan lemak jenuh, memerhatikan berat badan dan membatasi asupan makanan sampah belum berubah sejak 1960,” katanya. "Yang tampaknya berubah adalah penelitian tentang nutrisi individu dan makanan individual," Nestle menambahkan.
Studi skala besar terbaru yang didanai oleh American Heart Association, National Institutes of Health, dan sumber industri non-makanan tentang asupan telur masih bersifat observasional. Artinya, studi tidak bisa memastikan apakah telur adalah penyebab gangguan jantung. Hanya saja konsumsi telur terkait dengan penyakit kardiovaskuler.
Beberapa percobaan acak memang menemukan bahwa makan telur lebih banyak, tiga sampai empat butir sehari dapat meningkatkan kadar LDL atau kolesterol "jahat" dalam darah sampai tingkat tertentu. Tetapi efek ini dapat bervariasi pada tiap orang.
Di luar semua pro-kontra semua penelitian tersebut, Nestle menyatakan, ada penelitian nutrisi yang lebih pasti, yakni kebiasaan makan sayuran. "Orang yang makan sayur lebih sehat daripada orang yang tidak suka sayur. Ada bukti yang tidak dapat disangkal untuk itu," katanya.
(TIN)
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/akWV6Aab-alasan-sains-sulit-tetapkan-makanan-sehatBagikan Berita Ini
0 Response to "Alasan Sains Sulit Tetapkan Makanan Sehat - Medcom ID"
Post a Comment