Search

7 Hal yang Terungkap dari Hasil Pemilu Pakistan

Apakah militer mengontrol proses pemilu dari awal, apakah suara telah dicurangi, dan dapatkah Imran Khan memberikan stabilitas untuk negara itu? Berikut tujuh hal yang terungkap dari hasil pemilu Pakistan pada Rabu (25/7) lalu.

Baca juga: Bayang-bayang Militer Hantui Pemilu Pakistan

Oleh: Asad Hashim (Al Jazeera)

Dengan hasil pemilu oleh setidaknya 267 dari 272 konstituen Majelis Nasional Pakistan sekarang sudah terkumpul, kita bisa mulai membuat beberapa pengertian tentang bagaimana pemilu bersejarah di negara Asia Selatan ini, melihat partai Imran Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), muncul sebagai partai tunggal terbesar di parlemen untuk pertama kalinya.

PTI telah mematahkan duopoli yang dipegang oleh Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) selama beberapa dekade.

Pakistan juga secara langsung diperintah militer selama sekitar setengah dari 70 tahun sejarah negara tersebut.

Berikut adalah beberapa hal penting yang bisa disimpulkan dari pemilu Pakistan pada Rabu (25/7) lalu:

1. PTI menerima dukungan dari seluruh negeri

PTI hampir pasti menjadi partai yang akan membentuk pemerintahan berikutnya, terlepas dari kekurangan 137 kursi yang dibutuhkan untuk mengambil mayoritas langsung. Dengan partai-partai kecil dan independen memenangkan setidaknya 45 kursi, seharusnya tidak sulit bagi PTI untuk membentuk aliansi dan memilih Khan sebagai perdana menteri.

Kemenangan PTI didukung oleh dua kemenangan besar. Pertama, PTI mampu merebut sebagian besar Punjab selatan dan utara dari PML-N, yang mematahkan kantong suara partai tersebut di jantung politiknya.

Kedua, mereka dapat mempertahankan sebagian besar kursi di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa (KP), yang secara historis selalu memilih partai selain partai petahana. PTI memenangkan kursi terbanyak di KP pada tahun 2013, dan ini kali pertama suatu partai bisa mempertahankan suara mereka di KP lagi.

2. Apakah pemilu dilangsungkan dengan bebas dan adil?

PML-N dan partai-partai lain yang tidak mendapat banyak suara—tidak mengherankan—mengatakan bahwa pemilu tidak dilangsungkan dengan bebas dan adil, tetapi Komisi Pemilu Pakistan yakin dengan hasil suaranya, mengatakan bahwa setiap keluhan harus diajukan dengan bukti yang menyertainya.

Keluhan oposisi tampaknya berpusat pada proses penghitungan suara, di mana setidaknya enam partai politik menuduh wakil mereka tidak diizinkan untuk menyaksikan proses penghitungan, sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, dan bahwa penghitungan akhir tidak didokumentasikan dengan benar.

Petugas pemilu Pakistan mengumpulkan kotak suara dan tempat pemungutan suara dari pusat distribusi di Rawalpindi, Pakistan. (Foto: The Associated Press/Anjum Naveed)

Petugas pemilu Pakistan mengumpulkan kotak suara dan tempat pemungutan suara dari pusat distribusi di Rawalpindi, Pakistan. (Foto: The Associated Press/Anjum Naveed)

FAFEN—sebuah jaringan pengamat pemilu Pakistan yang independen—mencatat setidaknya di 35 konstituen, besar margin kemenangan lebih kecil dari jumlah suara yang ditolak oleh para pejabat pemilu, di mana hal ini seringkali menjadi pertanda untuk kemungkinan manipulasi. Jumlahnya serupa seperti tahun 2013.

Misi pengamat Uni Eropa di Pakistan mengatakan bahwa walaupun terdapat perubahan positif terhadap kerangka hukum Pakistan untuk pemilu, namun jajak pendapat “dihantui oleh pembatasan kebebasan berekspresi dan peluang kampanye yang tidak setara”.

Ketua PTI, Imar Khan—yang juga diduga melakukan kecurangan di tahun 2013—telah mengatakan bahwa partainya akan bekerja sama sepenuhnya dengan setiap penyelidikan dalam proses pemilu.

3. Dengan kacaunya MQM, kota besar Karachi memilih perubahan

Selama 35 tahun terakhir, Gerakan Muttahida Qaumi (MQM)—sebuah partai etnis Muhajir—telah memerintah kota terbesar di Pakistan, Karachi, dengan tangan besi. Sejak akhir tahun 2013, bagaimanapun, operasi paramiliter telah menargetkan perusahaan kriminal yang diduga milik partai tersebut, dan memenjarakan puluhan pekerja dan pemimpinnya.

Operasi itu akhirnya mengarah pada faksionalisasi partai, di mana ketuanya Altaf Hussain—yang tinggal di pengasingan di London—tidak dapat mempertahankan kendali.

Maka dari itu, 2018 adalah tahun di mana kota Karachi berjuang keluar dari pemerintahan itu untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, dan hasilnya jelas: PTI memperoleh 14 dari 21 kursi dari kota tersebut, mengalahkan pemimpin utama MQM. Bahkan berhasil mengalahkan ketua PPP Bilawal Bhutto Zardari di kubu bersejarah partainya di lingkungan Lyari.

4. Hasil yang beragam untuk partai sayap kanan Pakistan

Pemilu ini membuahkan hasil yang beragam untuk partai-partai sayap kanan Pakistan, di mana Tehreek-e-Labbaik Pakistan (TLP) yang baru muncul membangun dirinya sebagai partai garis keras yang dominan dengan Muslim Barelvi Sunni, tetapi yang lainnya tidak terlalu mendapat dukungan yang signifikan.

TLP memenangkan dua kursi majelis provinsi di Provinsi Sindh, tetapi yang terpenting, muncul sebagai partai dengan suara terbanyak ketiga di sejumlah konstituen nasional di seluruh negeri, rata-rata mendapat lebih dari 10 ribu suara, dan perolehan suaranya mencapai 42 ribu suara di beberapa daerah perkotaan.

Ahle Sunnat Wal Jammat, yang diduga merupakan front politik untuk kelompok bersenjata Lashkar-e-Jhangvi, dan Milli Muslim League, yang diduga merupakan front politik untuk kelompok bersenjata Lashkar-e-Taiba, keduanya bernasib buruk di tingkat provinsi dan nasional.

5. Militer memegang kendali dalam proses pemungutan suara

Militer Pakistan mengerahkan lebih dari 371 ribu tentara untuk pemilu tahun 2018, lebih banyak daripada yang pernah dilakukan sebelumnya, dan hasilnya terbukti.

Masing-masing tempat pemungutan suara yang berjumlah 85 ribu di negara itu diamankan oleh personel militer, di mana para penegak hukum sipil dan, dalam beberapa kasus, pejabat pemilu, terdegradasi menjadi peran pendukung.

Tempat pemungutan suara dijaga dengan ketat, dan dalam beberapa tempat, media dilaporkan tidak diizinkan masuk—meskipun memiliki akreditasi yang layak—oleh personel militer.

Baca juga: Bom Bunuh Diri Pakistan Tewaskan Kandidat Pemilu dan Pendukungnya

Militer mengatakan bahwa mereka “tidak memainkan peran langsung” dalam proses pemungutan suara, dan bahwa mereka hanya memastikan keamanan proses pemungutan suara. Para penentang militer menuduh militer melakukan intervensi secara langsung dalam penghitungan suara.

Misi pengamat Uni Eropa tidak memberikan penilaiannya atas masalah ini, tetapi mengatakan bahwa “selama penghitungan, personel keamanan mencatat dan mengirim hasilnya, memberikan kesan tabulasi paralel”.

Para pendukung Partai Rakyat Pakistan di Karachi pada hari kamis, 26 Juli 2018. (Foto: AP/Shakil Adil)

Para pendukung Partai Rakyat Pakistan di Karachi pada hari kamis, 26 Juli 2018. (Foto: AP/Shakil Adil)

6. Siapa yang kalah telak dalam pemilu ini?

Tergantung pada bagaimana Anda melihatnya, PPP—sebuah partai yang telah memerintah Pakistan empat kali periode, sejak awal pembentukan partai itu pada tahun 1970-an—gagal total dan kini telah diturunkan statusnya menjadi pemenang ketiga di Pakistan, melampaui ekspektasi dengan hanya menang di basisnya di Sindh dan mengambil beberapa kursi di provinsi Punjab selatan dan tempat lain. Keputusan masih belum jelas untuk yang satu ini.

Yang jelas adalah partai-partai agama, yang diwakili oleh Jamiat Ulema Islam-Fazl (JUI-F), Jamaat-e-Islami (JI), dan sebagian besar lainnya kalah di tempat pemungutan suara, memenangkan hanya 13 kursi nasional.

Kekalahan MQM di basis politiknya di Karachi merupakan pukulan berat bagi partai tersebut, dan kekalahan Partai Pak Sarzameen (PSP) yang memisahkan diri untuk memenangkan satu kursi nasional juga menunjukkan bahwa politik mungkin berubah di kota terbesar Pakistan itu.

Yang terakhir, Partai Nasional Awami (ANP)—partai nasionalis Pashtun di provinsi barat laut KP—hanya berhasil memenangkan satu kursi tunggal, yang mempercepat kemerosotannya sejak memerintah provinsi tersebut dari tahun 2008-2013.

7. Apakah pemilu ini akan memberikan stabilitas politik di Pakistan?

Sejauh ini, hanya JUI-F yang menyerukan protes terhadap hasil pemilu, di mana PML-N masih merumuskan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. PPP tampaknya telah menerima hasil ini, dengan terpaksa.

Mandat PTI yang cukup jelas di pusat, membuat proses pembangunan koalisi seharusnya relatif mudah, di mana partai tersebut juga diharapkan akan memimpin pemerintah Provinsi KP. Di Sindh, PPP diharapkan untuk membentuk pemerintah provinsi, sementara di Balochistan, pemerintah provinsi kemungkinan akan dipimpin oleh Partai Balochistan Awami (BAP).

Kunci untuk stabilitas, bagaimanapun, akan terletak pada siapa yang memimpin pemerintah provinsi di Punjab, provinsi terpadat di negara itu.

PML-N dan PTI mendapat kemenangan yang hampir seri di provinsi itu, dengan 127 dan 123 kursi masing-masing, keduanya bersaing untuk membentuk pemerintahan.

Jika PML-N berhasil mempertahankan suatu provinsi yang telah diperintahnya selama lebih dari satu dekade, PML-N dapat melakukan konfrontasi politik dengan PTI di pusat.

Keterangan foto utama: Para pendukung Imran Khan mengangkat tangan saat menyanyikan lagu partai, merayakan kemenangan sehari setelah pemilu. (Foto: Reuters/Akhtar Soomro)

7 Hal yang Terungkap dari Hasil Pemilu Pakistan

Let's block ads! (Why?)

https://www.matamatapolitik.com/7-hal-yang-terungkap-dari-hasil-pemilu-pakistan/

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "7 Hal yang Terungkap dari Hasil Pemilu Pakistan"

Post a Comment

Powered by Blogger.