
Sektor teknologi kesehatan digital sepertinya sedang populer di kalangan investor, dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor tersebut memiliki kenaikan modal usaha hingga USD 1,6 milar.
Perusahaan-perusahaan teknologi ternama seperti Apple, Amazon, dan Alphabet pun berlomba-lomba membuat perangkat dan aplikasi pelacak keshatannya sendiri.
Perusahaan-perusahan ini telah dapat dengan baik memperingatkan banyak orang tentang masalah-masalah kesehatan yang mereka miliki sebelum masalah ini berkembang menjadi kondisi medis yang serius, namun mereka masih kesulitan untuk membantu para 'pasien' ini dengan kebutuhan medik yang lebih besar
Dikutip detikINET dari CNBC Senin, (23/7/2018) ahli medis mengungkapkan bahwa aplikasi dan perangkat kesehatan digital tidak dapat banyak berguna bagi pengguna yang terancam risiko medis yang tinggi atau yang telah menyandang penyakit.
Aplikasi dan perangkat keluaran perusahaan-perusahaan teknologi ini kebanyakan tidak dapat mengdiagnosa penyakit karena adanya regulasi yang membatasi mereka dalam melakukan hal itu. Alih-alih aplikasi-apliaksi kesehatan ini akan menyarankan pengguna untuk menemui dokter.
Contohnya adalah Apple dan Fitbit, yang sebenarnya dapat mendeteksi kondisi medis serius seperti sleep apnea, permasalahan pernafasan ketika tidur, dan kelainan detak jantung, namun teknologi ini tak dapat bertindak banyak dan hanya akan menyarankan pengguna untuk mencari perawatan medis.
Masalahnya adalah banyak orang yang tidak suka berobat ke dokter. Beberapa riset menemukan bahwa orang tidak menyukai pergi ke dokter karena pengalaman mereka disana tidak menyenangkan, banyak juga yang enggan karena biayanya yang mahal.
"Teknologi kesehatan digital telah menyediakan layanan yang simpel, menyenangkan, dengan visual yang menarik, dan dilengkapi dengan user experience yang menyenangkan." Ungkap Jeffrey Wessler, penemu perusahaan kesehatan digital bernama Heartbeat.
"Hal-hal seperti ini masih absen pada kunjungan konvensional ke dokter, jadi pergi ke dokter sampai sekarang masih dianggap sebagai pengalaman yang kurang menyenangnkan bagi pasien,"lanjutnya
"Kesenjangan ini dapat diatasi dengan membuat kunjugan konvensional ke dokter menemui standar yang telah dicapai oleh teknologi kesehatan digital." Papar pria yang juga merupakan rekan kardiologi di Columbia University Medical Center ini.
Dengan kata lain, perusahaan kesehatan digital perlu bekerjasama dengan klini-klinik dan rumah sakit, dan tidak hanya fokus dengan membuat pengalaman yang di luar pelayanan kesehatan tradisional.
Salah satu solusi yang potensial untuk mengataso masalah ini adalah untuk mengembangkan teknologi telemedicine atau kunjungan ke dokter secara visual melalui telepon atau konsultasi via video call.
Dengan cara itu perusahaan kesehatan digital dapat menjamin bahwa setidaknya pengguna telah bicara kepada ahli medis dan bukannya mengabaikan masalah kesehatan mereka.
Para dokter juga dapat belajar dari aplikasi kesehatan digital dengan cara mengembangkan praktek mereka agar para pasien tidak enggan dan menghindari kunjungan konvensional ke dokter.
Kekhawatiran terbesar para ahli medis apabila kesenjangan ini tidak segera diatasi adalah solusi yang disediakan oleh teknologi kesehatan digital malah akan makin merenggangkan hubungan antara pasien dan penyedia layanan medis konvensional.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Aplikasi Kesehatan Bikin Orang Makin Malas ke Dokter"
Post a Comment