Jakarta- Sepakbola di Indonesia dari tahun ke tahun makin menarik untuk disimak dan menjadi perhatian serius berbagai lapisan masyarakat.
Ekses positif sepakbola antara lain hiburan rakyat yang murah meriah. Selain itu, sudah banyak pemain yang bermain di liga negara lain, tidak saja Liga Indonesia. Nama Indonesia pun makin dikenal di luar negeri.
Namun, ada unsur negatif sering terjadi, yakni bentrok yang bahkan berakhir kerusuhan. Melihat rawannya ancaman kerusuhan setiap pertandingan, kepolisian sebagai ujung tombak pengamanan, sudah banyak membuat inovasi pencegahan. Mereka menyiapkan pengamanan dini dengan optimal dengan berkoordinasi bersama instansi lainnya demi suksesnya selama pertandingan.
"Ada baiknya, semua penonton, ke depan perlu diketahui di mana posisi menontonnya. Diketahui melalui KTP elektroniknya, ini untuk mengantisipasi jika terjadi keributan atau hal tidak diinginkan," ujar Kombes Pol Andry Wibowo, Minggu (1/7).
Penyidik Tingkat II Roswassidik Bareskrim Mabes Polri ini, Kamis (28/6), memaparkan disertasi meraih doktor Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Lemdikpol Mabes Polri.
Tim penguji antara lain oleh Ronny Nitibaskara, Irjen Pol Faruk Muhammad, Mustofa, J Kristiadi, Irjen Pol Remigius Sigit Tri Hardjanto di Gedung STIK/PTIK Jaksel. Andry mendapatkan nilai 95.
Disertasi Andry mengambil tema konflik antarsuporter Persib Bandung dengan Persija Jakarta, dengan judul Perpolisian Kerumunan pada Pertandingan Sepak Bola di Indonesia. Studi Kasus: Konflik Viking (Suporter Persib) dan Jakmania (Suporter Persija)”.
Menurut mantan Kapolres Metro Jakarta Timur ini, pertandingan yang mempertemukan Persija Jakarta dan Persib Bandung selalu menyita perhatian besar, dari mulai masyarakat, kelompok suporter, sampai pihak kepolisian.
“Persoalan kita khususnya sepakbola ketika Persija dan Persib serta Jakmania dan Viking selalu menimbulkan masalah. Sampai hari ini, hal itu selalu menjadi perhatian. Ketika mendengar Persib dan Persija akan bertanding, kemudian semua orang cemas, bukan hanya polisi tetapi juga masyarakat,” kata Andry.
Melalui penelitian tersebut, dia mencoba menemukan akar permasalahan antara Jakmania dan Viking. “Mudah-mudahan beberapa hal yang saya temukan di penelitian ini bisa menjadi model-model di masyarakat,” katanya.
Menurut alumnus Akpol 1993 ini, ada beberapa faktor yang memicu konflik menahun antarsuporter Persib dan Persija, salah satunya transformasi masalah manajemen sepakbola yang menjadi konflik identitas.
“Konflik ini menjadi meluas dan terjadi di mana saja, sehingga ketika tidak ada pertandingan pun berkelahi, apalagi ada pertandingan,” jelas Andry.
Oleh karena itu, muncullah kebijakan membatasi penonton, yakni larangan salah satu kelompok suporter datang ke tempat di mana pertandingan dilakukan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mencari Akar Permasalahan Konflik Jakmania dan Viking"
Post a Comment