Menurut Karl Elliott, customer strategy di OneFamily, tekanan keuangan membuat para pekerja muda untuk lebih suka memamerkan barang mewah kepada teman dan saudara daripada membeli aset berjangka panjang.
“Dengan tekanan keuangan yang meningkat pada mayoritas pekerja muda, tidak mengherankan bahwa mereka ingin memamerkan pembelian mewahnya kepada teman dan keluarga daripada fokus pada aset jangka panjang yang sepertinya tidak terjangkau,” ucap Elliot.
Lewat kehadiran media sosial, mereka pun mudah terpengaruh gaya hidup blogger, vlogger, dan selebritas acara realitas untuk membeli barang mewah.
“Milenial telah begitu dibombardir oleh simbol status, seperti tas tangan dan perhiasan, karena blogger, vlogger, instagrammer, dan influencer acara realitas televisi sehingga menghasilkan peningkatan kesadaran akan barang bermerek dan aspirasi untuk membelinya,” tutur pendiri Intergenerational Foundation, Liz Emerson.
Sementara itu, menurut peneliti di ISEAS Yusof Ishak Institute, Pritish Bhattacharya, menyebut bahwa generasi milenial berbelanja produk mewah karena empat faktor, yakni fungsi, daya tahan, desain, dan identitas unik.
“Orang-orang menghargai produk mewah sebagaimana produk itu dibuat dan bukan faktor-faktor yang mengelilinginya,” jelas Bhattacharya, sebagaimana dikutip dari The Straits Times.
Bhattacharya mengutip komentar dari peserta penelitian yang menunjukkan bagaimana mereka melihat fitur produk, seperti perlindungan ultraviolet dalam kacamata hitam, atau durabilitas barang mewah yang kerap digunakan.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3587294/milenial-boros-gara-gara-suka-barang-mewah-dan-cari-status-sosialBagikan Berita Ini
0 Response to "Milenial Boros Gara-Gara Suka Barang Mewah dan Cari Status Sosial?"
Post a Comment