Search

Pemilu 2019: Sebagian Besar Partai Islam Gagal Buat Terobosan - Mata Mata Politik

Indonesia boleh saja menjadi lebih konservatif, tapi bukan berarti minat pemilih terhadap partai-partai Islam meningkat. Di Pemilu 2019, partai nasional tetap lebih berhasil menarik pemilih. Dari empat partai Islam yang ada, hanya PKS yang mendapatkan peningkatan berarti.

Oleh: Jeffrey Hutton (The Straits Times)

Baca Juga: Dituduh Bias, Lembaga Survei Jelaskan Metode Hitung Cepat Pilpres 2019

Walaupun ada pergeseran ke kanan di antara 190 juta pemilih Indonesia, partai-partai Islam gagal membuat kemajuan yang berarti di Pemilu 2019. Hal itu terjadi karena tampaknya retorika religius yang berapi-api tidak menarik bagi pemilih moderat. Partai-partai nasionalis di Indonesia mendapatkan keberhasilan yang lebih baik saat menarik dukungan umat beriman.

Pemerintah daerah mungkin memperkenalkan aturan seperti syariah dan ibukota mungkin masih terhuyung-huyung akibat pemenjaraan mantan gubernur Basuki Tjahaja Purnama karena penistaan agama.

Tetapi menurut pengambilan sampel suara tidak resmi dari pemilihan pada hari Rabu (17/4), empat partai Islam di Indonesia memperoleh 32 persen suara. Itu hanya sedikit lebih baik daripada hasil perolehan mereka pada tahun 2014 dan sejalan dengan apa yang mereka lakukan pada pemilihan kembali ke tahun 2004.

Sebagian, hasilnya mencerminkan kegelisahan di antara banyak orang Indonesia tentang peran agama dalam politik, kata para analis. Ideologi pendiri negara itu, Pancasila, misalnya, dipandang sebagai seruan persatuan di antara para pengikut enam agama resmi negara itu termasuk Islam.

“Ini (hasil) meneruskan tradisi panjang Indonesia bahwa orang tidak membawa kepercayaan agama mereka ke arena politik,” kata analis senior Keith Loveard dari manajemen risiko bisnis, Concord Consulting.

Pesaing Jokowi, Prabowo Subianto, bernasib lebih baik di wilayah konservatif negara seperti Aceh, di mana 98 persen dari populasi adalah Muslim. Tetapi di provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat yang lebih moderat, dukungannya meningkat, kata analis veteran Kevin O’Rourke, penulis buletin mingguan Indonesia Reformasi, mengutip penghitungan cepat tidak resmi.

Kemenangan Jokowi dan perolehan suara yang tidak memuaskan untuk partai-partai Islam menunjukkan bahwa kaum moderat mempertahankan banyak daya tarik di antara para pemilih, katanya.

“Politik identitas adalah bagian besar dari pemilihan ini,” kata O’Rourke. “Tapi partai-partai Islam hanya bisa menarik pendukungnya sendiri. Pemilihan berikutnya tidak harus berputar di sekitar agama.”

Dari empat partai Islam, hanya satu, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang selaras dengan Pak Prabowo, benar-benar memperoleh keuntungan.

PKS garis keras, yang mendukung pengenalan undang-undang berbasis syariah, meningkatkan porsi perolehannya menjadi sekitar 9 persen suara dari 6 persen sebelumnya.

Tetapi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang memiliki pandangan yang sama, hanya mencicit dengan 4 persen untuk perwakilan di Parlemen, turun dari 6,5 persen saat ini.

Partai Kebangkitan Nasional (PKB), yang bersekutu dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang moderat, organisasi Islam terbesar di dunia, kurang lebih bertahan di angka lebih dari 9 persen, sementara Partai Amanat Nasional (PAN) turun persentase poin penuh menjadi 6,6 persen, menurut penghitungan tidak resmi.

Yang pasti, negara ini menjadi lebih konservatif. Sejak tahun 1999, pemerintah daerah telah mengeluarkan lebih dari 400 peraturan yang diilhami oleh syariah, termasuk jilbab dan jam malam wajib bagi perempuan, menurut Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Tetapi aktivis Human Rights Watch Andreas Harsono, memuji kampanye disiplin Jokowi untuk menjaga partai-partai agama meski jumlah pemilih meningkat.

Rumor tak berdasar telah beredar, termasuk beberapa yang mengatakan Jokowi akan melarang azan. Pada tahun 2017, sekutunya, BTP, seorang Kristen beretnis Tionghoa, kalah di pemilihan gubernur Jakarta dan dipenjara karena dianggap menghina Islam.

Jokowi sebagian besar menghindari agama selama kampanye, merayu moderat dan menenangkan kaum konservatif. Pilihannya juga, terhadap Dr Ma’ruf Amin, mantan kepala NU, juga membantunya menyerap dukungan kaum konservatif bahkan ketika para pemilih baru naik ke tempat pemungutan suara, kata Andreas, penulis Race, Religion And Power, yang diterbitkan pada bulan ini.

Tingkat partisipasi pemilih naik menjadi 78% dari 70% pada pemilihan presiden terakhir, kata Komisi Pemilihan Umum.

“Jokowi menavigasi ladang ranjau keagamaan dengan terampil,” kata Andreas.

Baca Juga: Pentingnya Hasil Pilpres 2019 bagi Australia dan Stabilitas Wilayah

Keterangan foto utama: Ketua Partai Keadilan Sejahtera M. Sohibul Iman dan sekretaris-jenderal Mustafa Kamal pada hari Minggu merayakan berdirinya PKS 21 tahun lalu. PKS adalah satu-satunya partai Islam yang dapat peningkatan dukungan. (Foto: Facebook/Partai Keadilan Sejahtera)

Pemilu 2019: Sebagian Besar Partai Islam Gagal Buat Terobosan

Let's block ads! (Why?)

https://www.matamatapolitik.com/pemilu-2019-sebagian-besar-partai-islam-gagal-buat-terobosan/

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pemilu 2019: Sebagian Besar Partai Islam Gagal Buat Terobosan - Mata Mata Politik"

Post a Comment

Powered by Blogger.