Search

Penghitungan Suara Pemilu Israel: Rencana Netanyahu dalam Bahaya - Mata Mata Politik

Posisi Benjamin Netanyahu untuk memenangkan masa jabatan kelima sebagai Perdana Menteri Israel masih belum aman. Hasil penghitungan cepat dari pemilu Israel menunjukkan hasil yang terlalu tipis antara Netanyahu dan saingannya, Benny Gantz. Gantz mewakili Partai Biru dan Putih yang sentris, melawan Likud, partai sayap kanan Netanyahu.

Oleh: Oren Liebermann dan Andrew Carey (CNN)

Baca Juga: Netanyahu Bersumpah akan Aneksasi Tepi Barat Jika Terpilih Kembali

Harapan Benjamin Netanyahu untuk mengamankan rekor masa jabatan kelima sebagai Perdana Menteri Israel harus ditunda untuk saat ini, setelah jajak pendapat menunjukkan pertarungan yang ketat dengan saingan utamanya pada Selasa (9/4).

Malam panjang penghitungan suara dilakukan, setelah proyeksi awal menunjukkan partai sayap kanan Likud Netanyahu bersaing ketat dengan Partai Biru dan Putih sentris yang dipimpin oleh Benny Gantz.

Sebuah jajak pendapat oleh Channel 12 menempatkan partai Gantz mendapatkan 37 kursi banding 33 kursi untuk Netanyahu, tetapi dua jajak pendapat lainnya menempatkan kedua partai itu berbeda satu kursi satu sama lain. Kedua belah pihak harus mendapatkan dukungan dari partai-partai kecil lainnya untuk membentuk mayoritas pemerintahan di parlemen dengan 120 kursi.

Dua dari tiga jajak pendapat menunjukkan bahwa Netanyahu mungkin memiliki peluang yang lebih baik untuk membentuk koalisi ketika partai-partai sayap kanan yang lebih kecil dipertimbangkan, tetapi keduanya mengklaim kemenangan setelah pemungutan suara pada Selasa (9/4).

“Blok sayap kanan yang dipimpin oleh Likud memperoleh kemenangan yang jelas. Saya berterima kasih kepada warga Israel atas kepercayaannya. Saya akan mulai membentuk pemerintahan sayap kanan dengan mitra alami kami secepatnya malam ini,” kata Netanyahu.

Gantz, sementara itu, mengatakan bahwa pemilu itu memiliki satu pemenang yang jelas, dan bahwa dia—bukan Netanyahu—harus dipanggil untuk membentuk pemerintahan berikutnya.

“Kami menang! Publik Israel telah mengatakannya!” Gantz mengatakan dalam sebuah pernyataan. “Pemilu ini memiliki pemenang yang jelas dan pecundang yang jelas. Netanyahu berjanji 40 kursi dan kalah. Presiden itu harus melihat fakta dan harus memanggil pemenang untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Tidak ada pilihan lain!”

Secara resmi, terserah pada Presiden Israel untuk memutuskan siapa yang ditugaskan membentuk pemerintahan selanjutnya. Dia akan mengumumkan keputusannya setelah berkonsultasi dengan para kepala partai politik, yang telah mendapatkan cukup suara untuk memasuki Knesset (parlemen Israel). Konsultasi ini memakan waktu beberapa hari, dan Presiden Israel kemungkinan akan mengumumkan keputusannya sekitar satu minggu setelah pemilu.

Gantz melambai kepada para pendukungnya setelah memberikan suaranya pada Selasa (9/4) pagi. (Foto: AFP/Sebastian Scheiner)

Mempertajam Retorika

Malam yang menegangkan memberi isyarat untuk Netanyahu, seiring dia menunggu untuk melihat apakah mimpinya menjadi pemimpin Israel yang paling lama menjabat akan terpenuhi. Dia akan mengalahkan pendiri negara, David Ben Gurion, selama musim panas.

Sebagian besar jajak pendapat akhir pra-pemilu pada Jumat (5/4), menunjukkan bahwa Netanyahu tertinggal beberapa kursi dari Gantz. Netanyahu mempertajam retorikanya pada hari-hari terakhir kampanye, berjanji untuk mencaplok permukiman Tepi Barat jika terpilih kembali, dan memperingatkan basis pemilihnya bahwa akhir pemerintahan sayap kanannya yang kuat akan menandai awal dari pemerintahan sayap kiri yang lemah.

Netanyahu berjuang pada pemilu ini di tengah dakwaan yang menjulang atas kasus suap dan pelanggaran kepercayaan. Kampanyenya berusaha untuk menggambarkan dakwaan tersebut sebagai perburuan penyihir yang dipimpin oleh elit sayap kiri dan didorong oleh media.

Seperti yang CNN temukan ketika mengunjungi markas Likud di Beersheva, pesan itu selaras dengan banyak pekerja buruh Israel. Penyelenggara Likud setempat di kota itu membandingkan Netanyahu dengan Musa, dengan mengatakan, “Semakin mereka menyerang dia, semakin kuat dia.”

Pemilu ini direncanakan pada bulan Desember. Netanyahu yakin waktunya tepat—mendorong para pemilih untuk pergi ke tempat pemungutan suara sebelum surat dakwaan diajukan terhadapnya—dan dengan pesan yang bisa ia jual kepada para pemilih.

Berbicara kepada anggota parlemen Likud-nya pada hari ketika pemilu diumumkan, dia mengatakan bahwa pemerintah saat ini memiliki “prestasi luar biasa” untuk kampanye.

Baca Juga: Dukungan Trump dan Kasus Korupsi Netanyahu: Panduan Jelang Pemilu Israel

Gantz memasuki medan pertempuran

Pada awalnya menghadapi beragam lawan, Netanyahu melihat penantangnya menjadi satu, setelah pengumuman dramatis pada bulan Februari yang melihat tiga mantan kepala pasukan bergabung bersama seorang mantan pembawa acara berita TV yang berubah menjadi politisi, untuk mendirikan Partai Biru dan Putih.

Nama partai itu sederhana tetapi signifikan. Biru dan Putih adalah warna bendera Israel. Pesannya sama sederhananya: Partai Biru dan Putih telah dibuat untuk merebut kembali negara Israel dari Perdana Menteri Netanyahu.

Pria yang akan memimpin kampanye itu dan menampilkan dirinya sebagai kandidat anti-Netanyahu adalah Gantz, seorang mantan kepala pasukan, yang telah memegang posisi itu di bawah Netanyahu, dan bertempur dalam dua perang di Gaza selama masa jabatannya.

Masuknya Gantz ke arena politik telah banyak diantisipasi, dan, memang, diharapkan di banyak tempat. Jumlah suara yang mendukung Partai Biru dan Putih dengan cepat melonjak, mengubahnya menjadi perlombaan antara dua pihak.

Setelah diketahui bahwa Iran diduga meretas ponsel Gantz, Netanyahu mempertanyakan apakah Gantz bisa dipercaya untuk menjaga keamanan negara jika dia tidak bisa menjaga ponselnya.

Para loyalis Netanyahu juga mengatakan bahwa Gantz telah membiarkan seorang prajurit sekarat setelah serangan beberapa tahun yang lalu di kota Nablus Tepi Barat. Partai Biru dan Putih menolak cercaan itu, dan Gantz juga dinyatakan bebas oleh penyelidikan militer.

Untuk bagiannya, Netanyahu mengumumkan bahwa ia bermaksud menuntut Gantz dan sekutu utamanya, Moshe Ya’alon, setelah Ya’alon menyatakan bahwa Netanyahu bisa bersalah atas pengkhianatan sehubungan dengan investigasi dalam pengadaan militer.

“Kesepakatan akhir” yang tersembunyi

Selama perlombaan ini, Netanyahu—yang dikenal sebagai “Bibi”—berfokus pada peningkatan statusnya sebagai pemain global yang memiliki hubungan dekat yang baik dengan Presiden Amerika Serikat (AS) dan Presiden Rusia.

Dalam kunjungan ke Washington selama kampanye, Donald Trump menandatangani proklamasi yang mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang bertentangan dengan konsensus internasional. Dan pada hari-hari penutupan pemilu, pada kunjungan ke Moskow, Netanyahu dapat secara pribadi berterima kasih kepada Vladimir Putin untuk peran kunci Rusia dalam menemukan mayat seorang tentara Israel yang telah hilang di Lebanon selama hampir 37 tahun.

Seiring pemilu memasuki hari-hari terakhirnya, sebagian besar jajak pendapat menunjukkan bahwa Gantz unggul tipis atas saingannya. Tetapi jajak pendapat yang sama menunjukkan bahwa jalan Netanyahu untuk membangun koalisi yang sukses akan lebih mudah, karena jumlah partai sayap kanan lainnya yang diperkirakan akan memenangkan kursi.

Secara tersembunyi, terdapat prospek bahwa Presiden Trump akan segera mengungkap rencananya untuk “Kesepakatan Akhir”—sebutan Trump untuk perjanjian damai antara Israel dan Palestina. Namun demikian, konflik tersebut tidak memainkan peran kunci dalam kampanye, dan hanya ada sedikit diskusi mengenai topik ini dan solusi dua negara.

Dan koalisi apa pun yang dibangun, masih ada waktu bagi Jaksa Agung untuk mendakwa Netanyahu melalui sidang yang tertunda dalam beberapa bulan ke depan. Satu dengar pendapat lagi diperkirakan akan dilaksanakan selama musim panas. Setiap keputusan oleh Jaksa Agung untuk mengajukan dakwaan, pasti akan mengubah lanskap politik sekali lagi.

Seiring penghitungan suara sedang berlangsung, terdapat peringatan: hitung cepat di Israel—seperti di banyak tempat lainnya—tidak bisa diandalkan. Empat tahun yang lalu, semua hitung cepat Israel salah prediksi. Semua jajak pendapat mengecilkan kemenangan Netanyahu, dan dua dari tiga jajak pendapat benar-benar mengatakan bahwa Netanyahu akan kalah dari saingannya saat itu, Isaac Herzog. Namun ternyata, Netanyahu mengamankan 30 kursi dibandingkan 24 kursi yang didapatkan Herzog.

Keterangan foto utama: Netanyahu bersiap untuk memberikan suaranya pada Selasa (9/4). (Foto: AFP/Getty Images/Ariel Schalit)

Penghitungan Suara Pemilu Israel: Rencana Netanyahu dalam Bahaya

Let's block ads! (Why?)

https://www.matamatapolitik.com/in-depth-penghitungan-suara-pemilu-israel-rencana-netanyahu-dalam-bahaya/

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Penghitungan Suara Pemilu Israel: Rencana Netanyahu dalam Bahaya - Mata Mata Politik"

Post a Comment

Powered by Blogger.