
"Pendekatan soft approach yang dilakukan Polri terhadap 156 teroris bersenjata pantas diberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi. Mengingat 5 korban tewas secara mengenaskan ada di pihak Polri dan Polri mampu menahan diri dari kemarahan. Sementara di pihak penyandera ada 156 teroris terlatih dengan doktrin jihad dan siap mati sahid," kata pria yang akrab disapa Bamsoet ini dalam keterangannya, Kamis (10/5/2015).
Kendati demikian, dia mendorong pimpinan Polri melakukan evaluasi sistem pengamanan untuk narapidana teroris. Di samping itu, dia menyarankan agar diberlakukan pengamanan yang lebih maksimal untuk napi teroris.
Bamsoet mengatakan, fakta adanya lima korban tewas akibat luka bacokan senjata tajam tentu saja akan memunculkan pertanyaan. Mulai dari mana atau bagaimana prosesnya sehingga para napi teroris itu bisa memiliki atau menguasai senjata tajam.
"Masalah itu tentu harus diselidiki. Siapa yang membawa dan memberikan senjata tajam kepada para Napi itu?" tanya Bamsoet.
Masih menurut Bamsoet, penguasaan senjata tajam oleh para napi teroris itu menjadi pertanda bahwa sel para teroris di Rutan Mako Brimob belum menerapkan standar pengamanan ekstra maksimum.
Padahal, standar pengamanan ekstra maksimum diperlukan untuk membatasi interaksi napi dengan rekan mereka atau jaringan sel-sel teroris di luar rutan.
"Pengamanan ekstra maksimum juga mewajibkan para keluarga atau rekan para napi membatasi barang-barang bawaan saat melakukan kunjungan dan berdialog dengan para napi," tegas Bamsoet.
Di lain sisi, dia mengungkapkan keprihatinannya atas anggota polisi yang tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Dia berharap keluarga para korban agar diberi ketabahan.
(mul/ega)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Soal Mako Brimob, Ketua DPR: Polri Mampu Menahan Diri dari ..."
Post a Comment